Sepotong Sajak Cinta – Muhidin M. Dahlan

Karena engkau begitu agresif dengan energi
keaktifan yang luar biasa, sedangkan aku hanyalah
cunguk yang sering meringkuk dalam kediaman yang
bisu, maka kita berhitung

Karena engkau adalah perempuan yang lahir dari
tradisi mall, sedangkan aku hanyalah seorang kumuh
yang hanya sanggup berada di antara deretan aksara
buku yang seakan-akan kuat tapi sesungguhnya
rapuh, maka kita berjarak

Karena engkau berpedoman pada jenis cinta yang
erotis, sedangkan aku lebih memahaminya sebagai
sabda-sabda yang suci, maka kita berbeda akar
Karena engkau mengatakan aku butuh kolam buat
ikan sepertimu, maka kita bercarai hati

Karena engkau berkhianat, maka cinta apa lagi yang
diharapkan di sana. Sebab kalau pun kupaksa hidup
dalam kolam khianat, toh aku mati juga dalam
ganggang dalam lumpur dalam gelembung keperihan
yang sudah-sudah

Aku sudah melihatnya–melihatnya sudah
Aku sudah mengetahuinya–mengetahuinya sudah

Dan aku memutuskan: sampai di sini saja hubungan
kita yang paling dingin dan aneh ini. Lain
waktu bisa bertemu lagi. Itupun kalau kamu masih
percaya pada pertemuan waktu

Catastrova Prima: lahir di Pati, Jawa Tengah. Besar di sana juga, tapi akhirnya hijrah ke Semarang dan berharap bisa menetap di luar Jawa. Penyuka hening dan penikmat keindahan. Suka tertawa dan membuat orang lain tertawa. Muda, sehat, serta memilih bahagia. Bermimpi bisa keliling Indonesia bersama seorang suami yang hebat.

Sumber: catastrovaprima.wordpress.com