Apresiasi: Uruqul Nadhif Dzakiy ~ “Saya seolah diingatkan Pram”

IDEOLOGI SAYA ADALAH PRAMIS. Saya baru menyelesaikan membaca buku ini tadi siang sekitar jam 14 dari kemarin jika tidak salah. Judul lengkap buku ini adalah “Ideologi Saya Adalah Pramis : Sosok, Pemikiran, dan Tindakan Pramoedya Ananta Toer” dan ditulis oleh penggemar Pram, Muhidin Dahlan. Buku ini seperti judulnya menggambarkan Pram dari interaksinya dengan penulis, kerabat, maupun dari keluarga terdekat. Pemikiran Pram digambarkan dari karya-karyanya terkhusus sembilan karya yang bagi penulis terbaik. Secara umum buku ini subjektif (opini) penulis terkait Pram. Dari sinilah sukar ditemukan pernyataan yang bernada kritik atas  diri maupun pemikiran Pram.

Membaca buku ini, Anda akan diperkenalkan dengan beberapa pandangan penulis atas karya-karya Pram, terkhusus yang monumental (dikenal luas publik). Juga perjalanan Pram dalam dunia kepenulisan dan sebagai tahanan politik. Tak ketinggalan terkait proses kematian Pram yang ditulis secara esklusif oleh penulis dalam rentang tiga hari menjelang penulis besar ini wafat. Penulis juga menyinggung sikap politik Pram di dunia kesastraan. Semuanya ini disampaikan penulis dalam bentuk kumpulan essay pendek. Maka jangan harap, Anda akan dapatkan penjelasan yang tuntas.

Mengenang Pram

Sebagai pengagum Pram, buku ini seolah menjadi pengingat saya akan karya-karya Pram yang sudah lama saya baca. Saya dibawa kembali oleh penulis untuk meraba-raba sosok Minke, Gadis Pantai, Midah, Ontosoroh, dan seterusnya. Otak saya terpacu untuk merangkai puzzle akan sosok-sosok yang digambarkan dalam bukunya. Ini semacam nostalgia bagi saya atas buku-buku karya Pram yang pernah saya baca. Mengingat Pram adalah salah satu penulis favorit saya, buku ini merangsang saya untuk kembali menelusuri dan menjejaji serta mengumpulkan (baca : membeli) karya-karya Pram yang dulu pernah saya lakukan.

Buku ini bagi saya adalah buku ringan jika dibandingkan saat membaca karya Pram dimana saat itu saya kudu mengernyitkan dahi mencari jawaban atas beberapa istilah atau paragraf yang ditulis Pram dalam bukunya. Biarpun demikian, saya mendapatkan satu pelajaran berharga setelah membacanya, yaitu “Menulis, menulis, dan menulis”. Saya seolah diingatkan Pram bahwa tiada karya kepenulisan yang jelek. Menulis adalah proses pembiasaan. Seperti yang umum dikutip oleh banyak orang, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.

Disalin dari: uruqulnadhif.com