Apresiasi: Andrenaline ~ Menggiring komposisi metafora dan imajinasi dalam 100 catatan di balik buku

PARA PENGGILA BUKU. Saya suka sekali dengan buku yang berisi tulisan atau ulasan tentang buku. Buku yang berisi catatan tentang buku. Tidak banyak yang sudah saya kumpulkan dan bacai, jumlahnya juga tak lebih dari bilangan jari. Sebut saja Penghancuran Buku Dari Masa Ke Masa (Fernando Baez, Marjin Kiri : 2013), Elegi Gutenberg (Putut Widjanarko, Mizan : 2000), How To Read A Book (Mortimer J. Adler & Charles Van Doren, Ipublishing : 2007), Musyawarah Buku (Khaled Abou El-Fadl, Serambi : 2002), Merupa Buku (Koskow, LKiS : 2009), Buku-buku Jang Merobah Dunia (Robert Down, Pustaka Sardjana : 1961) Mengubur Peradaban: Politik Pelarangan Buku di Indonesia (Fauzan, LKiS : 2002), Bapak Saya Pejuang Buku (Ketut Masagung, Gunung Agung : 2003), Dari Buku Ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu (P. Swantoro, KPG : 2002), Declare! (Adhe, KPJ : 2007) dan Buku Dalam Indonesia Baru (Ed. Alfons Taryadi, Yayasan Obor : 1999).

Pada kisaran Oktober tahun lalu ketika saya melancong ke Yogyakarta, saya membeli sebuah buku PARA PENGGILA BUKU: Seratus Catatan di Balik Buku yang ditulis oleh dua orang penjaga gawang ingatan yang berdedikasi besar untuk mempertaruhkan hidupnya pada sebuah dunia gamang pluralisme, dunia buku: Muhidin M Dahlan dan Diana AV Sasa. Dijagat perbukuan Indonesia, barangkali inilah salah satu buku babon yang memuat tulisan-tulisan tentang dunia pustaka dengan penyajian tema yang lumayan komplit. Sesuai dengan anak judulnya: Seratus Catatan di Balik Buku. Sebuah buku besar bersampul keras ini berisi kompilasi catatan tentang buku. Dalam dunia pustaka Indonesia juga ada sebuah buku yang berjudul BUKUKU KAKIKU setebal 437 halaman itu bercerita tentang buku yang ditulis oleh banyak penulis yang terdiri dari akademisi, penulis, sastrawan dan para praktisi buku, atau buku DARI BUKU KE BUKU: Sambung Menyambung Menjadi Satu karangan P. Swantoro (penerbit KPG, 2002 : 435 halaman) yang merangkum catatan hasil pembacaan atas buku-buku sejarah penting, atau ELEGI GUTENBERG: Memposisikan Buku di Era Cyberspace karangan Putut Widjanarko (penerbit Mizan, 2000 : 248 halaman) yang juga sama-sama mengisahkan kehidupan para penggila buku, dan beberapa judul buku yang sudah saya sebut di atas.

Ide awal dua kutubuku itu mengumpulkan remah-remah catatan dan hasil bacaan untuk kemudian dikompilasi ke dalam buku Para Penggila Buku ini adalah ketika awal mula berjumpa dengan sebuah buku karangan Nicholas A. Basbanes yang menceritakan kisah para penggila buku abad 19, A Gentle Madness: Bibliophiles, Bibliomanes and The Eternal Passion for Books yang diterbitkan tahun 1995. Dari buku itulah dijumpai kisah Ruth Baldwin sang ratu buku anak; Henry Huntington sang pemilik perpustakaan raksasa dan hasrat berburu buku yang sungguh luar biasa; dan Stephen Carrie Blumberg si pengutil buku profesional. Dari sanalah kemudian dua penulis itu berjibaku dengan hasrat dan buku. Mereka kumpulkan semua catatan yang berserakan. Mereka susun aneka kliping dan guntingan koran yang memuat catatan tentang pustaka. Perpustakaan demi perpustakaan juga mereka datangi. Bahkan film demi film yang berlatar belakang buku pun mereka tonton dengan sepenuh takzim. Sebut saja judul-judul film itu ada Finding Forrester yang dibintangi Sean Connery, Freedom Writers dibintangi Hillary Swank, Quills dibintangi Geoffrey Rush dan Kate Winslet, Fahrenheit 451 dibintangi Oskar Werner, Everything is Illuminated dibintangi Elijah Wood dan Eugene Hutz, Il Postino dibintangi Philippe Noiret, Massimo Troisi dan Maria Grazia dan GIE yang dibintangi Nicholas Saputra. Lalu mereka jahit semua ingatan itu, kemudian mereka renda semua catatan. Dan hasil orkestrasi kerja-kerja yang membutuhkan ketahanan otak dan mental itu pada akhirnya memang melahirkan sebuah bayi ruhani yang sangat cantik, seksi dan gemuk-montok, PARA PENGGILA BUKU: Seratus Catatan di Balik Buku setebal 665 halaman yang diterbitkan oleh penerbit I:boekoe tahun 2009.

Apa yang membuat buku ini menjadi menarik? Selain gaya bertutur dalam pengkisahan yang ditulis dengan sangat renyah dan nikmat dibaca, kita akan ditimbuni dengan setumpuk cerita dan pengalaman hidup para pecinta pustaka dunia dan Nusantara, juga tentang serba-serbi informasi seputar dunia bukuwi. Bagian-bagian buku ini terdiri dari: 16 catatan tentang Kisah Buku, 4 catatan tentang Klub Buku, 5 catatan tentang Musuh Buku, 16 catatan tentang Guru Buku, 9 catatan tentang Revolusi Buku, 7 catatan tentang Film Buku, 18 catatan tentang Rumah Buku, 23 catatan tentang Tokoh Buku dan di tambah dengan 2 catatan tentang Dua Penulis. Dua catatan yang terakhir ini adalah catatan duet maut yang menceritakan kisah hidup masing-masing penulis yang sepanjang hidupnya tidak pernah lepas dari buku: Muhidin M Dahlan mengisahkan perjalanan hidup Diana AV Sasa sebagai penulis sekaligus pembaca buku yang rakus dibawah judul catatan Gadis Penyanyah Buku dari Celah Batu. Sebaliknya, Diana AV Sasa mencatat ritme kehidupan Muhidin M Dahlan sebagai pelahap buku yang tidak kalah rakus sekaligus penulis yang setiap kali buku-bukunya itu terbit mengundang decak kagum para penggemarnya sekaligus umpat amarah dari para penentangnya, dengan judul catatan Si Anak Laut Menggiring Buku. Maka genaplah buku Para Penggila Buku ini memuat Seratus Catatan di Balik Buku.

Buku ini tidaklah berdiri sebagai sebuah entitas tema buku utuh tentang dunia baca-tulis yang merupakan saudara kandung dunia buku, melainkan di buku ini juga terangkum aneka catatan perjalanan sebuah dunia pustaka yang bersifat fisik-konvensional mengalami pergeseran gerak revolusi informasi yang mewujud dalam bentuk buku digital (E-book, file PDF, ensiklopedia maya, wikipedia, radio buku, televisi buku, toko buku online) yang kesemuanya masih dalam koridor penyebarluasan gagasan dan wacana pengetahuan. Yang paling menarik adalah catatan tentang kisah para tokoh-tokoh dengan ghirah membaca buku atau sekedar mengkoleksi buku. Tentang hidup dan matinya Antonio Magliabechi demi buku, tentang sumbangsih William Chester Minor demi gigantisme sebuah kamus yang benama Kamus Oxford, tentang perdebatan Dibdin dan Baresford yang memilih antara harus menjadi bibliomania atau bibliosophia, tentang Oprah Winfrey dan Andy F. Noya yang menggiring buku ke layar kaca, tentang kesunyisenyapan dunia menulis Omi Intan Naomi, tentang Bung Hatta, tentang Pramoedya Ananta Toer, atau tentang Haryoto Kunto sebagai kuncen Bandung yang merawat ingatan sejarah Kota Kembang dengan buku.

Ya, sebuah buku akan membantu pembacanya pada satu hal yang hendak dicapainya, demi meluaskan pandangannya atas isi dunia atau pengayaan sebuah perspektif. Dan di buku PARA PENGGILA BUKU ini sejatinya telah menghidangkan sebuah sajian lanskap dunia buku yang sangat menarik karena setiap cakupan topik disajikan secara snapshot. Dalam tempo yang singkat, segala informasi tentang dunia perbukuan sudah bisa disantap setepat-tepatnya, senikmat-nikmatnya seperti yang dibilang Taufik Rahzen, “Kalau kita membuka hati untuk buku, niscaya ia akan membuka isinya untuk kita”.

Disalin dari: catatansamping

Buku ini bisa didapatkan di warungarsip.co. KLIK