Pasangan Baru di Little Farm

KEMBARAN — Hadir tanpa akte dan surat-surat identitas diri (tanggal tetas/Day Old Chicks-DOC). Hanya satu yang pasti, Polito dan  White berasal dari Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY), Jl Bantul. Sudah berapa lama keduanya berada di pasar hewan itu, juga tak diketahui. Hingga Jumat senja, 30 Mei 2014, keduanya dilego dengan harga standar untuk jenisnya: Rp 110.000,-.

Polito Jr dan White menjadi penghuni baru Little Farm di Kembaran RT 02, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Dua pekan rumah kecil ini kosong karena migrasi besar-besaran Polito dkk ke Rumah Ayam yang terletak 300 meter dari Little Farm; sebuah tempat yang dikelilingi bukit kecil dengan pepohonan yang rimbun dan lima kolam ikan serupa danau hijau yang luas. Little Farm juga pernah dihuni selama sehari oleh lima puluh anakan ayam kampung generasi kedua Polito dkk. Namun naas, semuanya berangkat ke alam baka secara berombongan dan/atau sendiri-sendiri dalam tempo satu pekan. Baca: Asrama Little Farm dan Migrasi ke Rumah Ayam

Nama “Polito Jr” disematkan Dipa Whani untuk si jantan dengan jengger merah seperti penampilan seorang punker dengan ukuran badan slim, katai atau kate atau cebol, namun anggun yang karena itu disebut cebolang (cebol anggun). Suara teriakannya nyaring dengan dada membusung. Polito Jr yang berbulu hijau tosca dan berbintik hitam adalah pejantan baru di Little Farm.

Pasangan “Polito Jr” adalah Mrs White. Nama ini disematkan Ayoedya Arti Intaran. Warnanya putih, bontot. Perawakan bulu dan jenggernya mengingatkan Aai pada Tetelo, penghuni awal Little Farm yang sudah bermigrasi ke Rumah Ayam. Tetelo sepertinya perkawinan gagal antara serama (sri rama) dan gadis kampung. Terlihat dari badannya yang tak besar, tapi juga tak mungil. Bisa pula pertumbuhan badannya melambat ketimbang perawakan teman-temannya yang lain lantaran pada usia 42 hari pernah diserang penyakit tetelo yang hampir membawanya ke panci rebus lebih dini. Karena penyakit itu pula, Aai memberinya nama “Tetelo” sebagai kenangan paling buruk dalam hidup si ayam. Baca: Si Tetelo Putih

Di malam pertama Polito Jr dan Mrs White masih tampak canggung. Beberapa kali Polito Jr mematuk kepala Mrs White. Ketika terang tanah, keduanya mulai akrab. Saling memanggil jika ada sebutir makanan ditemukan secara tiba-tiba dari balik butiran pasir. Atau jika ada si Kana Kucing Persia yang berbulu api melompat ke jendela, Polito Jr memberi kabar dengan kokoknya yang panjang dan mirip dengan teriakan histeris yang membuat semua pejantan dalam radius 500 meter berteriak serupa bunyi kentongan jaga malam yang menandakan adanya marabahaya.

Keakraban yang ringkas pasangan baru Polito Jr dan Mrs White ini mempercepat lahirnya telur pertama. Di hari ketiga kehadiran keduanya di Little Farm, di minggu siang yang terik, telur putih kecil tergeletak di sebuah pot yang disulap jadi ranjang. Sarang atau ranjang dengan kasur yang terbuat dari jerami yang dipadu dengan lembar koran Kedaulatan Rakyat yang sudah dira(n)jang tipis-tipis itu terletak di lantai dua Little Fam, yang sekaligus kamar tidur keduanya saat malam atau saat rehat siang.

Ranjang baru itu buru-buru disiapkan setelah melihat Mrs White dilanda kegelisahan yang akut di hari minggu yang bertepatan dengan menetasnya telur garuda. Mondar-mandir antara lantai satu dan lantai dua. Menggaruk tanah dan kayu. Demikian pula Polito Jr. Ia mencakar-cakar. Dan kegelisahan keduanya seperti menandai bahwa hubungan baru mereka memasuki tahapan yang serius; mendapatkan calon momongan baru dari sebuah telur putih yang mungil.

Telur itu bukan telur garuda RI yang legendaris itu dengan tarikh 1 Juni. Ia adalah buah dari hubungan ringkas cebolang Polito Jr dan Mrs White. Sebut saja “telur 1 juni”.

Little Farm, Dunia Ayam
Kembaran RT 02, Tamantirto, Kasihan, Bantul