Namanya Ryamizard Ryacudu. Jabatan: Menteri Pertahanan RI.
Namanya Hilmar Farid. Jabatan: Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Keduanya adalah aparatus birokrat yang bekerja membantu presiden yang sama: Ir Joko Widodo.
Tema debat: Pancasila, Tuhan, Kominis, dan Hal-hal Merampas Lainnya. Panggil keduanya di Istana Merdeka. Disiarkan secara LIVE oleh dua televisi-berita, live blog oleh web goal.com, serta live tweet oleh selebitas twitter yang ada di barisan penjabat BUMN Bapak Presiden RI Ir Joko Widodo.
Pancingan bisa dimulai dari kutipan kata-kata keduanya yang saling sikut, penuh sangkalan, dan saling membanting.
Menhan RI Ryamizard Ryacudu:
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid:
Nah, siapa moderatornya? Ciri moderator adalah: mulutnya moderat. Saya pilih Ketua Majelis Permusyawarakatan Rakyat (MPR) RI Zulkifli Hasan. Alasannya?! Kutipan ini:
Tujuan Debat: melokalisasi soal hantublau ini: agar Rakyat dan elemen kritis jangan disibukkan pada hal-hal seperti ini. Biarlah elite-elite itu yang saling makan. Tokh, ini pun bikinan dari atas-atas juga, bukan. Dan ini tak sehat lahir dan batin. Apalagi ketika Muslim yang melapak buku habis-habisan nyarik duit banyak untuk persiapan menyambut Ramadan yang lamat-lamat sudah dimulai oleh pariwara Marj*n di layar kaca.
Kelas jelata ini biarlah disibukkan dengan kehidupan sehari-hari, memperkuat barisan menahan gempuran perampasan tanah, hak hidup atas alam, juga mempersiapkan tenaga kuda jangka panjang untuk memelototin kebijakan-kebijakan anti orang miskin. Juga, biarlah kalangan ekonom-kritis membaca lebih tekun daftar pengusaha rakus di Panama Papers yang sudah dibuka untuk publik.
Dan lebih penting lagi di bulan berisik ini, para pengamat media yang kritis dan si jelata yang notabene punya hak atas pita siar, mewaspadai saudagar-saudagar pemilik stasiun televisi yang lagi “disidik” KPI (Tiga Huruf) untuk mendapatkan perpanjangan “kontrak” 10 tahun ke depan. [Muhidin M Dahlan]