Jalan menulis adalah jalan mulia yang diberikan oleh guru bangsa (H.O.S Tjokroaminoto) – Gus Muh.
Tidak harus menggelar mimbar masjid untuk berdakwah, berdakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menulis. Sebagaimana pergerakan dan jejak guru bangsa yang dulunya seorang jurnalis dan pemimpin surat kabar Otoesan Hindia, pula pemilik percetakan Setia Oesaha.
Hari Sabtu, 12 November 2016 peserta Sekolah Tjokro berkesempatan untuk belajar dasar dari writing class bersama Muhidin M Dahlan (Gus Muh). Gus Muh adalah seorang penulis dari beberapa buku, pendiri Warung Arsip, Iboekoe dan Radio buku. Pembahasan beliau sedikit banyak mengarah pada menulis dengan media. Beliau mengambil contoh-contoh mulai dari kesuksesan surat kabar besar sampai pada era digital yang banyak menggunakan media digital seperti koran online.
Agar bisa diterima di masyarakat pergerakan kita harus satu irama dan up to date dengan teknologi.
Jika kita ingin membuat pengaruh pada banyak orang melalui tulisan-tulisan kita, penting sekali bagi kita untuk memiliki metode yang tepat. Ikuti perkembangan teknologi, hal tersebut sering kali kita dengar. Mengapa demikian? Sebagai contoh, kini peran media cetak semakin turun eksistensinya karena kehadiran teknologi yang mudah dan efisien penggunaanya. Sehingga orang-orang lebih banyak beralih pada hal tersebut, misalnya koran online. Namun kita tetap harus menjadi individu yang bukan hanya mampu mengikuti perkembangan teknologi, kita juga harus mampu memanfaatkannya dengan baik. Karena jika kita tidak menggunakannya dengan bijaksana, kita akan terjerumus kedalam alur virus media yang negatif.
Gus Muh juga membahas mengenai Esai, yang ternyata tidak banyak kita (saya khususnya) ketahui. Esai dapat berupa teks, image, video dan meme. Dimana meme cenderung digandrungi sekarang.
Meskipun saya belum memahami sepenuhnya di writing class kali ini, namun saya mendapatkan pacuan semangat yang menyadarkan saya, bahwa menulis adalah sebuah proses panjang. Tugas saya adalah terus berusaha, konsisten dan terus belajar.
Gus Muh berpesan pada kita, Selalu berlatih!
Karena menulis adalah sebuah konsistensi.
Diakhir, saya menyadari keterlambatan saya menulis dan memposting materi yang saya dapatkan. Hampir setiap hari saya mencoba menuliskan ini, namun saya selalu merasa buntu. Saya yakin, saya harus tetap mencoba, saya akan terus berusaha menjaga komitmen diri.
Terimakasih kepada Panitia Sekolah Tjokro atas kesabarannya, saya berharap saya bisa selalu memperbaiki diri.
Hal yang paling menarik perhatian saya adalah, “Bukan kurang piknik, tapi kurang baca!”-Tulisan kaos Gus Muh.
Disalin dari windaulhaifa