Di Indonesia, peristiwa olahraga lahir dari sebuah suasana politik nasionalisme. Olahraga adalah bagian dari proyek sebuah revolusi yang bukan hanya tak selesai, tapi tak pernah diselesaikan Sukarno. Olahraga merupakan suatu gelanggang yang tidak hanya melahirkan suasana gempita, rekreatif, pelibatan massa yang masif, tapi juga mengikat suatu bangsa dalam buhul politik nasional. Nasionalisme dalam olahraga adalah proyek pembayangan yang menggetarkan. Setidaknya bagi sosok Sukarno yang melihat peristiwa olahraga antarnegara bukan sekadar panggung keramaian biasa, melainkan gelanggang untuk memperlihatkan kekuatan dan kemegahan sebuah negara.
Disadari betul oleh Sukarno, proyek revolusinya sejalan dengan politik olahraga yang gigantik dan memiliki daya pukau di segala lini, termasuk kebudayaan dan infrastruktur perkotaan. Bagi Sukarno tak ada pertentangan yang prinsipil antara politik nasionalisme dan olahraga. Dalam olahraga itu termaktub ritus nasionalisme. Olahraga sejalan dengan prinsip-prinsip politik yang dikembangkannya dan tawarkannya kepada poros kekuatan baru yang disebutkan Nefo atau New Emerging Forces yang secara dialektis merupakan lawan dari The Old Established Forces (Oldefo). Nefo adalah pertalian negara-negara yang diikat semangat pembebasan, kemandirian ekonomi, penghormatan pada kemerdekaan dan kedaulatan, sementara oldefo sebaliknya.
Sayang, proyek olahraga Sukarno padam seturut jatuhnya pamor politiknya. Ada kabut tebal yang menutupi politik olahraga Sukarno. Harapannya, dari kaca benggala sejarah yang “bersih” itu kita bisa melihat relasi politik olahraga Sukarno dengan menempatkan Asian Games IV 1962 sebagai gelanggang besar.
Nah, salah satu video lagu dari Romi & The Jahat’s bertitel “Dedication of Life” menggambarkan semangat yang bergelora di gelanggang olahraga. Lagu ini bukan hanya mars yang memompa semangat para relawan Asian Games yang bekerja siang malam mempersiapkan perhelatan Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang, tapi lirik dan aransemennya menunjukkan semangat “kita harus menang”. Semangat itu pula yang dikobarkan Sukarno yang mengantarkan Indonesia masuk tiga besar perolehan medali emas pada Asian Games IV tahun 1962. Ah, bukan hanya itu. Semangat “kita harus menang” itu juga menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia punya martabat dalam politik dan olahraga.
Dengarkan dan tonton video/suara Romi & The Jahat’s. Klik di sini