Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ~ Eka Kurniawan

~ ENSIKLOPEDIA FIKSI INDONESIA ~

SDRHDT

Kredit: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas | Eka Kurniawan | Gramedia | Mei 2014 | 245 hlm

Kata Kunci: Burung, Kelamin, Kontol, Perek, Lonte, Pelacur, Perkosa, Intip, Duel, Berkelahi, Bir, Bunuh, Preman, Polisi Negara, Penjara, Sopir Truk, Filsafat

AJO KAWIR

Putera pegawai perpustakaan daerah. Bergiat di surau dan masa remaja dihabiskannya berkelahi yang ditemani sahabat karibnya si Tokek. Pangkal masalah hidupnya justru berasal di pangkal pahanya: burung. Saat bergiat di surau, penikmat buku komik “Siksa Api Neraka” ini digiring si Tokek mengintip perempuan gila Rona Merah yang diperkosa dengan jadwal teratur oleh dua polisi yang menembak mati suaminya dalam sebuah operasi terselubung pemberantasan preman. Ia tertangkap saat mengintip dan dipaksa ikut memperkosa Rona Merah yang telanjang tak berdaya di atas meja. Dan saat itulah, saat di halaman 29, ketika berhadapan vis a vis dengan kemaluan Rona Merah yang sudah digasak dua polisi itu, burung Ajo Kawir muda tiba-tiba mengalami tidurnya yang abadi. Betapa banyak usaha dan tips dilakukan untuk membangunkan burungnya yang tidur itu, seperti (1) membalurnya dengan cabai merah yang membuat seisi kampung geger oleh teriakannya; (2) terapi sengatan lebah; (3) terapi stensilan karya Valentino; (4) “dibina” pelacur di bantaran rel kereta api; (5) meletakkan puntung yang tidur di atas balok dengan satu tangan memegang kapak (TIPS GAGAL); (6) Diperiksa ke dokter kelamin; (7) membunuh dua orang polisi pemerkosa Rona Merah lewat perantaraan Iteung, istrinya.

Burung Ajo Kawir yang mulanya menjadi masalah individu menjadi masalah sosial baru, paling tidak bagi keluarga Iwan Angsa dan istrinya sendiri Iteung. Untuk menutupi ketaksempurnaannya, Ajo Kawir menjadi lelaki tangguh yang hasratnya hanya ingin berduel kepada lelaki mana pun di kampung. “Aku rindu berkelahi dan dengan senang hati mencabut nyawa!” h 48. Bahkan ia menerima dengan lapang dada tawaran Paman Gembul menjadi pembunuh bayaran yang mengantarkannya ke penjara dan menjadi sopir truk Jawa-Sumatera yang mengubahnya menjadi lelaki bijak dengan bimbingan sang mahaguru: burungnya sendiri. Dari burung lahirlah filsafat. Dari burungnya sendiri, Ajo Kawir belajar apa arti jalan kesunyian, kondisi tanpa kekerasan. Demi kemaluan ini, kata Ajo Kawir, tak ada keributan (h. 123). Bagi Ajo Kawir, sebagaimana dituturkannya kepada keneknya, Mono Ompong, kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan adalah otak kedua manusia, seringkali lebih banyak mengatur ketimbang yang dilakukan kepala (h 126). Dan pada saat yang lain, Ajo Kawir berkata dengan bijak: “Kehidupan manusia ini hanyalah impian kemaluan kita. Manusia hanya menjalaninya saja.” (h 189)

Kelak burung Ajo Kawir bisa tegak lagi dengan tumbal nyawa dua orang polisi, tapi ia kehilangan istrinya yang kembali masuk bui untuk kedua kalinya dengan sangkaan yang sama: pembunuhan. Jika pada awal cerita ia berbisik kepada burungnya: “Bangun, Burung! Bangun, Bajingan. Kau tak bisa tidur terus-menerus. Kau harus bangun!”; namun pada akhir cerita giliran si Burung yang sudah bisa tegak kembali berkata pada Ajo Kawir yang kehilangan Iteung di sisinya: “Aku akan bersabar menunggunya, seperti kau bersabar menungguku bangun, Tuan. Bolehkah sementara menunggu, aku tidur lagi?” (SDRHDT, 2014)

BUDI BAIK

Anggota Kelompok Tangan Kosong dan sama-sama alumni Perguruan Silat Kalimasada di mana Iteung juga belajar di sana. Sejak dari Kalimasada, Budi Baik sudah menaruh hati kepada Iteung. Dan Iteung menerimanya. Mereka terlibat dalam percintaan berkali-kali. Tapi Iteung rupanya tak memasrahkan hatinya kepada Budi Baik, melainkan kepada jagoan Bojong Soang yang tak bisa ngaceng, Ajo Kawir. Budi Baik marah sekali dan mengancam membuat huruhara di pernikahan Ajo Kawir-Iteung. Karena ini soal serius, dengan dibantu Si Tokek, Iteung menyelesaikan masalah Budi Baik dengan menghajarnya habis-habisan beserta 4 anggota gengnya yang lain. Masalah selesai. Budi Baik bahkan hadir dalam pernikahan Iteung-Ajo Kawir. Demikianlah, di hari pernikahan selalu ada yang sedih, tapi juga ada maaf dan pengertian (h 113). Namun nahas nasib Budi Baik, ia justru mati di tangan Iteung yang menghajarnya tanpa ampun hingga batok kepalanya retak di rumah kosong seorang bupati yang dijaganya. Penyebabnya? Entahlah, mungkin Iteung bunting karena Budi Baik tak mampu mengontrol keran kelaminnya. Dan kebuntingan itu berakibat fatal: Ajo Kawir kabur, membunuh si Macan, dipenjara, dan menjadi sopir truk Jawa-Sumatera yang entah kapan pulangnya. Semua itu akibat Budi Baik. Kematian Budi Baik mengantarkan Iteung merasakan dinding penjara pertama kali.

ITEUNG

Perempuan jago yang suka merenung di pinggiran tambak milik Pak Lebe yang dihajar Ajo Kawir. Kehilangan keperawanan pertama kali di sekolah oleh guru bimbingan bernama Pak Totok. Bayangan kelamin Pak Totok yang hitam legam dan membuatnya basah dan sekaligus trauma mengantarkannya menghadap kedua orangtuanya untuk meminta les tambahan: belajar silat. Ia mendaftar di Perguruan Silat Kalimasada untuk satu tujuan: melindungi selangkangannya. Dihajarnya Pak Totok hingga pingsan di ruang BP dan dibakarnya seluruh pakaian Pak Totok hingga menjadi tontonan bugil satu sekolah. Di perguruan milik veteran DI itu, ia bercintaan dengan Budi Baik dari Kelompok Tangan Kosong. Tapi ia justru jatuh cinta pada Ajo Kawir lewat perkenalan tak biasa: duel di rerumputan yang tak jauh dari tambak Pak Lebe yang berakhir seri. Sama-sama lemas. Saat bermain asmara pertama kali tangannya dicegah Ajo Kawir untuk mengais burungnya yang sedang lelap dan menyerah setelah jari-jari Ajo Kawir membawanya ke puncak kegairahan. Ia lalu tahu lelaki yang dicintainya tak bisa ngaceng dan menghindarinya, bahkan setelah ia mengirimkan semua lagu lewat radio (h 59). Bertanya Ajo Kawir: “Apa yang akan kaulakukan dengan lelaki yang gak ngaceng?” Jawab Iteung: “Aku akan mengawininya” (h 90). Itulah cinta tanpa syarat yang diperlihatkan Iteung kepada Ajo Kawir, walau ia tahu modal Ajo Kawir untuk memberinya nafkah batin adalah jemarinya. Iteung seperti membenarkan Ajo Kawir ketika berkata: “Syarat menikah ada 5. Tak ada menyaratkan burung harus bisa ngaceng” (h 91).

Dan Iteung di suatu hari hamil, yang membuat Ajo Kawir kalap lalu kabur menemui si Macan dan membelah batok kepalanya dengan balok. Iteung melahirkan seorang gadis mungil, menitipkannya kepada orangtua Ajo, untuk misi dendam: membunuh Budi Baik. Saat di dalam penjara, Paman Gembul menemuinya dan memberikan resep terbaru bagaimana membangunkan burung suaminya; yakni, membunuh dua serdadu yang menjadi sebab pertama burung Ajo menempuh jalan sunyi yang abadi. Karena itu, ketika pintu penjara membebaskannya, yang pertama-tama dilakukannya adalah mencari dua serdadu itu dan menghabisinya dengan mudah. “Aku hanya ingin membunuh demi kemaluan suamiku … mestinya ia yang datang kemari membayar dendamnya. Tapi kuyakinkan kau, ia tak akan sudi mengotori tangannya dengan darahmu, maka aku yang akan membayarkan dendam ini untuknya,” kata Iteung di hadapan polisi negara yang sekarat itu (h 240). Pengorbanan itu tak sia-sia. Burung Ajo Kawir tegak kembali, namun tak pernah bisa ia lihat dan rasakan kedahsyatannya karena penjara kembali terbuka untuknya.

IWAN ANGSA

Preman seangkatan dengan Agus Klobot yang ditembak mati dalam sebuah operasi penembakan misterius. Nasibnya mujur, ia cepat-cepat bertobat. Membangun keluarga bersama satu istri Wa Sami dan satu anak Si Tokek. Bahkan ia memiliki misi mulia menyekolahkan anaknya di universitas di Yogyakarta agar tak mewarisi pekerjaannya sebagai preman. Iwan adalah orang kedua yang tahu burung Ajo Kawir tak bisa ngaceng. Pelbagai usaha dilakukannya untuk membantu tegaknya kejantanan Ajo Kawir, anak tetangganya dan sekaligus sahabat karib anaknya itu; mulai dari menyuruhnya membaca cerita stensilan koleksinya hingga membawanya ke tempat pelacuran di bantaran rel kereta api. Iwan Angsa juga yang memahami efek sosial tidak ngacengnya burung Ajo Kawir ketika ia berkata: “Hanya orang yang enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati.” Iwan Angsa benar, Ajo Kawir menjadi tukang kelahi yang sangat mengerikan sebelum burungnya ngaceng kembali. Lewat usulan Iwan Angsa pulalah, Paman Gembul menyerahkan mandat untuk membunuh Si Macan dengan upah yang besar kepada Ajo Kawir.

JELITA

Perempuan buruk rupa yang muncul saat Ajo Kawir dan Mono Ompong menjadi pasangan di jalanan Jawa-Sumatera sebagai sopir dan kenek truk. Kehadiran Jelita memberi harapan pada burung Ajo Kawir. Ia selalu hadir menemani burung Ajo hingga burung itu masuk angin dan muntah-muntah. Berkali-kali begitu. Hanya Jelita yang bisa membuatnya tergopoh-gopoh masuk toilet pom bensin dan/atau warung makan. Sosoknya moksa saat Ajo Kawir antara sadar dan tidak usai bercinta dengannya di tolet pom bensin di mana waktu itu Ajo bisa ngaceng. Jelita adalah pelita harapan kecil bahwa masih ada hari esok bagi masa depan burung Ajo Kawir yang tengah berada dalam pertapaan yang sunyah. Jelita memberi mimpi basah buat Ajo.

MONO OMPONG

Kenek berusia belia, kurang lebih 12 tahun, yang ditemukan Ki Jempes. Sebelum Ki Jempes, teman satu bui Ajo Kawir di penjara, resign dari kenek, ia mencarikan seorang pengganti. Si Mono Ompong inilah. Rajin, tampak setia, cekatan, dan kerap mewek. Masa remaja Mono Ompong, terutama soal perempuan, tampak parah. Ia kalah dengan teman sebayanya seperti Marwan merebut cinta Nina. Dan bertambah-tambah kegundahannya saat tahu, Nina mau ditiduri kalau dibayar. Itu informasi dari Marwan. Maka dicurinya tabungan ibunya demi mencoblos Nina yang membuat murka ibunya. Kata Nina, punya Mono Ompong hitam, besar, keras, tapi sayang pelbur, baru nempel langsung nyembur. Mono Ompong malu sekali. Yang tragis lagi, telinga Mono Ompong dijewer ibunya di halaman dan diketahui orang sekampung. Karena malu, Mono Ompong minggat hingga bertemu dengan Ajo Kawir. Mono Ompong memanggil Ajo Kawir kakak. Mono Ompong adalah saksi sehari-hari bagaimana Ajo Kawir berguru kebajikan pada burungnya sendiri. Sebelum mengambil keputusan apa pun, Ajo Kawir selalu meminta pertimbangan burungnya. Mono Ompong pemuda belia yang lincah. Bahkan bisa sangat nekad kalau diberi mandat menggantikan Ajo Kawir nyetir truk. Karena kenekadan inilah, Mono Ompong berurusan dengan sopir truk lain yang disegani, Si Kumbang. Keduanya pernah terlibat duel maut di perkebunan karet disaksikan sopir-sopir truk trayek Jawa-Sumatera dan dibekingi tentara. Mono Ompong sudah hampir kalah dengan wajah babak-belur dan satu kakinya nyaris patah diterjang Si Macan ketika tiba-tiba ia ingat pesan Ajo Kawir yang diketahuinya jago tarung: “Jika ada kesempatan, kau tusuk kedua bola matanya. Hanya itu kesempatanmu.” Mono Ompong menang besar dari Si Kumbang. Ajo Kawir satu-satunya pasang taruhan untuk kemenangan Mono Ompong. Uang itu dirancang Mono Ompong untuk satu penggunaan: membayar jasa Nina melayaninya berminggu-minggu hingga tandas, hingga Nina jebol.

PAK LEBE

Juragan tambak yang memelihara banyak preman kampung untuk menjaga bisnisnya. Salah satunya Kelompok Tangan Kosong dan cewek jago silat bernama Iteung. Ajo Kawir menghajar Pak Lebe setelah mendengar cerita dari si Janda Muda tentang ulah Pak Lebe. Demi menginginkan tubuh perempuan molek yang mengontrak di rumahnya, Pak Lebe meracuni suami si perempuan lewat perantaraan preman. Si Janda Muda digarap habis-habisan Pak Lebe di bawah ancaman serius soal uang kontrakan. Bahkan, Pak Lebe membisniskan tubuh si Janda Muda kepada rekanan kerja Pak Lebe. Atas ulahnya itu, Ajo Kawir memotong telinga Pak Lebe dan melemparkannya ke kolam ikan.

PAMAN GEMBUL

Pemilik pabrik benang yang diganggu oleh kelompok preman pimpinan Si Macan. Ia pun meminta bantuan kawan lamanya Iwan Angsa yang tak disangkanya sudah bertobat untuk melumuri tangannya dengan darah pembunuhan. Atas pertimbangan Iwan Angsa-lah ia menemui Ajo Kawir, seorang rising star dalam soal duel. Ajo Kawir sukses menjalankan misinya membunuh Si Macan. Namun timbul penyesalan Paman Gembul karena dengan terbunuhnya Si Macan kehidupan Ajo Kawir berakhir di penjara. Bagi Paman Gembul, seluruh malapetaka “burung” dan kekacauan sosial yang menyertainya dalam cerita ini disebabkan oleh dirinya; jika saja waktu itu ia melindungi Agus Klobot dari incaran serdadu, mungkin Ronah Merah tak gila dan tidak diperkosa dua polisi negara; dan jika Ronah Merah tak diperkosa polisi mungkin burung Ajo Kawir tiba-tiba menyerah dari takdirnya untuk selalu tegak oleh rangsangan asmara; dan jika burung Ajo Kawir tak mengalami cacat mental yang parah, mungkin perkawinannya dengan Iteung bisa bahagia karena Iteung tak mencari burung lain untuk memuaskan hasratnya. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Untuk menebus “dosa”nya, Paman Gembul memberi tips terakhir agar burung Ajo Kawir kembali seperti sediakala; yakni membunuh penyebab burung itu tertidur. Lewat jaringannya yang luas, ia menemukan tempat terbaru dua polisi itu bertugas. Ia bisa segera menghabisi Si Pemilik Luka dan Si Perokok Kretek, namun ini soal dendam dan rindu yang mesti diselesaikan sendiri Ajo Kawir. Saat berkonsultasi dengan Iteung di penjara karena kasus pembunuhan Budi Baik dari Kelompok Tangan Kosong, Paman Gembul baru tahu bahwa Ajo Kawir telah menjadi manusia bijak, antikekerasan, setelah sekian lama ia belajar tentang jalan kesunyian dengan burungnya. Jalan lain ditempuh. Iteung bersedia menjadi eksekutor bagi jalan kembalinya sang burung yang dirindukannya setiap saat itu. Berkat koneksi paman Gembul, Iteung bebas untuk misi belapati: membunuh dua polisi negara untuk jalan bangunnya burung Ajo Kawir dari tidurnya yang abadi. Laki-laki tua yang telah mengalami pelbagai-bagai kehidupan keras seperti membantai komunis, fretelin, merasa tak ada yang lebih berguna dari hidupnya kecuali berhenti mengacaukan kehidupan orang. Termasuk menyelesaikan masalah burung Ajo kawir.

RONA MERAH

Putri seorang juragan tahu yang dibawa kabur Agus Klobot, seorang preman yang dikejar-kejar satuan serdadu dalam operasi pemberantasan kejahatan. Kematian Agus Klobot dengan cara dibidik si penembak misterius di rumahnya membuat Rona Merah menjadi gila. Hidup sendiri di rumah dengan isi berantakan dan kumuh. Satu-satunya penyambung hidup Rona Merah adalah donasi makanan yang diberikan keluarga Iwan Angsa yang juga sahabat Agus Klobot. Walaupun gila, kecantikan dan molek tubuhnya tetap memikat, paling tidak buat si Tokek muda yang mengintipnya hampir setiap malam. Untuk pelampiasan hasrat remajanya yang menggebu, si Tokek mengajak Ajo Kawir mengintip tubuh Rona Merah. Menurut si Tokek, tubuh Rona Merah lebih hot ketimbang istri ketiga kepala desa yang kerap diintipnya dengan perbedaan hanya ukuran payudara. Milik Rona Merah tidak sebesar kepunyaan istri muda kepala desa yang biasa dipakainya untuk menjepit burung pak kades. Lewat informasi A1 dari si Tokek jugalah muncul kalender yang tetap, bahwa Rona Murni rutin diperkosa dua serdadu: Si Pemilik Luka dan Si Perokok Kretek. Mula-mula sebelum diperkosa, si Pemilik Luka menyeretnya ke toilet, memandikannya, memaksanya nyengir untuk gosok gigi, kemudian dengan tubuh yang bersih diseret lagi ke kamar, diletakkan di meja, dan disetubuhi dengan ganas tanpa ampun dua serdadu itu. Karena keasyikan mengintip dengan tangan memegang kelamin yang tegak dan basah, kaki Ajo Kawir terpeleset. Ia tertangkap. Di bawah todongan pistol pakaiannya dilucuti dan dihadapkan pada pangkal paha Rona Merah yang sudah pasrah. Keajaiban muncul, burung Ajo Kawir lunglai. Bahkan ketika dua serdadu itu memaksakan kelamin yang lunglai itu memasuki lubang kecil di pangkal paha Rona Merah itu. Dua serdadu itu tertawa puas: “Bocah tak berguna! Bahkan anjing pun berahi lihat perempuan seperti ini.” Beberapa hari kemudian, Rona Merah didapatkan mati di belakang rumahnya, di dekat kuburan Agus Klobot tanpa nisan.

SI KUMBANG

Lawan duel Mono Ompong di perkebunan karet yang berakhir dengan mata satu buta, dan satunya lagi rabun akibat colokan tangan Mono di saat paling menentukan dalam duel berdarah. Sebetulnya Si Kumbang mengincar Ajo Kawir yang telah merebut langganannya yang biasa memakai jasa truknya untuk pengangkutan barang dari Jakarta ke Medan. Namun Ajo Kawir tak menghiraukannya akibat bisikan burungnya yang melarangnya terlibat dalam aksi-aksi duel berdarah.

SI TOKEK

Putera satu-satunya Iwan Angsa dan sekaligus sahabat karib Ajo Kawir; mulai dari usaha mengintip hingga berkelahi. Bersama Ajo Kawir, Si Tokek adalah rising star setelah angkatan Iwan Angsa dan Agus Klobot (di)redup(kan). Si Tokek-lah yang menjadi sebab pertama Ajo kawir mengintip percintaan kepala desa dengan istri barunya dan tentu saja Rona Merah yang menjadi melapetaka bagi kejantanan Ajo Kawir. Si Tokek tak sekadar teman, ia tiba-tiba mirip seorang filsuf ketika mengomentari burung Ajo Kawir yang terlelap: “Lelaki yang tak bisa menyetubuhi perempuan ibarat belati berkarat”. Selain Tokek yang tahu pertama kali kondisi kemaluan Ajo Kawir yang tak bisa ngaceng, si Tokek pulalah yang menyelamatkan kejantanan Ajo Kawir ketika si tuan mengapaknya di suatu hari yang putus asa. Si Tokek jua yang menyambut cerita Ajo Kawir saat tahu bahwa Ajo Kawir membahagiakan Iteung dengan anugerah jari-jari tangannya: “Jari-jari manusia itu hebat yang tak bisa dilakukan ayam, domba, kuda; dari ngupil hingga bercinta. Terutama untuk lelaki yang tak bisa ngaceng” (h 101). Ketika Ajo Kawir mengarungi dunia keras penjara dan sopir truk trayek Jawa-Sumatera, si Tokek kuliah di Yogyakarta. Ia kirimi foto anak gadis Iteung kepada Ajo Kawir dan lewat perantaraan Si Tokek, Ajo Kawir menafkahi “anak”nya itu dengan seluruh penghasilannya sebagai sopir truk. sebagai bentuk dari kesetiaan sahabat, si Tokek bersumpah sebelum burung sahabatnya, Ajo Kawir, bangun ia tak pernah menggunakan kemaluannya menerobos kemaluan perempuan.

SI MACAN

Jagoan kampung Ci Jaro yang disegani. Kakaknya mati dalam operasi penembakan misterius yang melanda kehidupan preman di Jawa. Dengan segala sisa kejayaan kakaknya yang diwarisinya, ia membangun kelompoknya. Perkenalan Ajo Kawir dengan Si Macan bermula ketika Paman Gembul membutuhkan pembunuh bayaran untuk menghabisi Si macan. Dan Ajo Kawir bersedia. Sayang sekali, Si Macan seperti hantu. Tak pernah ada yang tahu keberadaannya. Tak juga pamannya sendiri maupun penjaga warung yang selalu menunggu dengan sejumlah bon tagihan kepada Si Macan. Ajo Kawir mau menerima tawaran membunuh Si Macan karena ingin melupakan cinta Iteung, lenguhan Iteung, selangkangan Iteung yang selalu basah. Karena bosan menunggu kemunculan si Macan inilah, Ajo Kawir dirundung kerinduan yang sangat. Ia gundah. Murung. Ia sedih. Berbotol-botol bir yang dijual ibunya habis ditenggaknya. “Bir adalah sahabat bagi lelaki sedih. Minumlah!” Dalam penantian munculnya Si Macan ini pula, kejadian ajaib muncul: Iteung mau menerimanya sebagai lelakinya walau hanya bermodalkan jari. Mereka menikah. Ingatan atas Si Macan nyaris hilang ketika Iteung hamil. Ajo Kawir marah. Ia mengamuk ke kampung Ci Jaro. Si Macan ada. Ternyata Macan ttidaklah sebuas yang diimajinasikan Ajo Kawir. Satu kaki Macan hanya bertopang kayu. Mudah saja Ajo Kawir menghabisinya dengan satu ayunan balok yang membuat batok kepala Macan terbelah.

SI PEMILIK LUKA dan SI PEROKOK KRETEK

Dua polisi negara pemerkosa perempuan gila Ronah Merah. Gara-gara kedua polisi itu yang memaksa Ajo Kawir menyetubuhi Ronah Merah di atas meja di suatu malam, tiba-tiba burung Ajo Kawir lumpuh layu. Keduanya dibunuh istri Ajo Kawir, Iteung.

* Pertama kali disampaikan di acara Apresiasi Sastra (Apsas) di Radio Buku, Sewon, Yogyakarta, 22 Mei 2014