Ibu Suri si Ratu Dapur dari Desa Tondo

Dia bergelar ratu dapur di Desa Tondo, Kec. Sirenja, Kab. Donggala. Terutama saat ada “pesta besar”, mulai pesta pengantin, suka syukuran, hingga duka kematian.

Sebagai ratu di dapur, ia menjadi pengendali secara ketat jadwal kapan ini dimasak, kapan itu digoreng. Jangan lupa, ia memimpin puluhan sukarelawan dapur yang dari rumah masing-masing membawa sebilah pisau kecil. Mereka datang satu-satu untuk memberikan bala bantuan kepada yang memiliki hajat.

Namun, tenaga ini bisa sangat efektif dalam menyelesaikan pekerjaan kulinari saat ditangani seorang ratu dapur. Mulai belanja, pengolahan bumbu, penyebar undangan (netoka), hingga penyajian.

Si Ratu Dapur menyelenggarakan kerja EO yang sesungguhnya kompleks ini dengan sangat natural dan organik.

Di Desa Tondo–atau, 80 ribuan desa lainnya–sosok seperti Ratu Dapur ini sulit tergantikan lantaran tak tersentuh pendidikan di semua level.

Saat pendidikan boga mengintervensinya, ia berubah menjadi perniagaan ala restoran dan hotel. Kerja Ratu Dapur bukan seperti itu. Prinsip kerja si Ratu Dapur adalah kerja kolektivisme, mendahulukan kebersamaan ketimbang motif-motif lain.

Ibu Suri alias si Ratu Dapur mendapatkan ilmu manajemen kepemimpinan dapur dan sekaligus koki ini dari kebiasaan gotong-royong di desa dan dari “laku melihat” dari beberapa restoran di Kota Palu. Maklum, secara turun-temurun, gotong-royong dalam menyelenggarakan berbagai jenis pesta masih lestari; sejak zaman masih memakai kayu bakar hingga zaman saat Jusuf Kalla “memaksa” masuknya tabung gas hijau ke dapur para ibu di seluruh Indonesia.

Di luar itu, si Ratu Dapur memang dari bawaan oroknya suka memasak, bersosialisasi, dan bergembira. Hal ketiga itu ikut penting karena kerja seberat apa pun harus dibawa gembira. Saat musik dari Nava Elekton berdentam, ia bisa melompat ikut dalam tarian dero yang digenjot dangdut koplo yang cepat. Sebelum jadwal memasak masuk pukul dua malam, ia dengan regu kecil melepaskan kegembiraan dengan menyanyi sehabis-habisnya, semampu-mampunya. “Musik elekton bikin semua orang jadi biduan, dari Boya hingga Pandake,” katanya.

Tiga kemampuan itu membentuk watak-ke-dalam yang membuatnya sangat profesional menghadapi urusan dapur besar dengan jadwal ketat dan jumlah undangan yang sangat cair. Watak ditambah pengalaman belasan tahun ditempa dalam desa membuat Ibu Suri(yani) tak ragu-ragu disebut Ratu Dapur.

Nah, di desamu, masihkah ada seorang Ratu Dapur?