Meresensi Itu Membaca

Tak ada resensi buku tanpa lewat praktik membaca. Bahkan, meresensi adalah salah satu modus membaca paling intim; tak hanya melibatkan emosi, tapi juga intelektual dan keterampilan merumuskan ulang lewat tulisan pemikiran yang tersaji dalam buku. Meresensi adalah menuliskan kembali apa yang tersirat maupun tersurat dalam buku yang dibaca.

Itulah manfaat utama jika Anda meresensi buku. Anda bisa membaca buku, mereguk pengetahuan berlimpah-limpah.Tentu saja, mengingatnya dengan baik. Pengingat terbaik adalah dengan menuliskannya. Disebabkan membaca menjadi inti dari meresensi buku, penting untuk mencermati tiga hal berikut ini:

Merencanakan Bacaan

Membaca yang baik dalam konteks meresensi adalah membaca yang direncanakan dalam sekuensi waktu tertentu; bisa satu semester maupun dua semester. Perencanaan bacaan ini bisa dalam soal kesamaan topik, kesamaan penulis, maupun kesamaan waktu buku terbit. Yang dimaksud kesamaan topik adalah mengumpulkan buku bertopik yang sama dan mengulasnya dalam sekuensi waktu tertentu. Jika kamu menyenangi topik komik silat, kumpulkan ratusan komik silat dan bacalah. Lalu, resensi buku-buku itu. Jika kamu gandrung pada buku-buku militer, cari dan selidiki berbagai buku bertema ketentaraan dengan segala sangkut-pautnya. Bacalah semuanya. Lalu, tulislah pandanganmu.

Kesamaan topik dalam resensi yang masuk dalam rancangan bacaan, selain membuat perspektif Anda terhadap topik tersebut, resensi Anda bisa menjadi “buku baru” yang memberi panduan kepada peminat yang sama tentang buku-buku penting di topik yang sama.

Begitu pula jika kamu menggandrungi penulis tertentu. Cari dan baca buku-bukunya. Lalu, resensilah. Dengan membaca secara eksetensif karya penulis tertentu, kamu tak hanya mengenalnya lewat cuplikan biodata dalam buku-bukunya, melainkan jejaring pemikirannya yang tersebar dalam banyak buku yang telah dihasilkannya.

Bisa jadi kamu ingin menjadi penulis buku “pemenang hadiah sastra”. Jika betul, cari dan kumpulkan buku-buku sastra yang pernah menjadi juara sayembara. Baca dengan tekun, resensi dengan tak kalah tekunnya. Dengan cara seperti itu, kamu mengenali detail seperti apa karya yang disebut “juara” itu. Tidak mustahil, pengetahuan itu berpengaruh kepadamu saat berkarya.

Dalam perencanaan bacaan, sekuensi waktu atau berapa lama kita menggeluti topik tertentu bisa sangat longgar. Dibuat senang aja. Namun, supaya ada target, sebaiknya dibuatkan batas akhir; apakah satu semester atau dua semester. Dengan demikian, ada usaha yang giat dan liat, bukan saja mencari buku, tetapi juga membacanya, lalu meresensinya.

Selanjutnya, baca di buku Inilah Resensi: Tangkas Menilik dan Meresensi Buku

Sumber Gambar: Gregory Culmer_@junkanoo_media