Belajar Menghikmati Sejarah dari P. Swantoro: Dari Resensi ke Resensi

Jika resensi adalah gambaran atas sebuah buku yang bukan hanya bagian-bagian yang melekat dalam buku, melainkan juga historikanya, kiranya apa yang dilakukan Polycarpus Swantoro ini adalah salah satu yang terbaik. Resensi jurnalis awal Kompas sejak terbit pada medio 1965 ini melampaui resensi yang biasanya. Ia menyusuri keterkaitan antartema, antartokoh, dan sekaligus terkait dengan segala-gala yang jauh.

Hal itu konsisten ia lakukan saat kita membaca salah satu buku “ajaibnya”, Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu. Ini bukan sekadar buku tentang dunia buku, tetapi ini adalah buku resensi yang dilakukan dengan menjunjung “prinsip”: tema yang sama dan dilakukan secara mendalam dan fokus.

Bacalah resensi-resensi Swantoro dan kamu menemukan sejarah hubungan Indonesia-Belanda dalam berbagai manuskrip; mulai dari sejarah Hindia hingga alam kemerdekaan. Ke-100 buku lebih yang diresensi lelaki kelahiran Wates, Kulon Progo, DIY pada 26 Januari 1932 ini merentangkan banyak pokok, banyak tokoh, dengan satu rantai cerita yang utuh; Indonesia dari masa penjajahan, pergerakan, hingga dentuman kemerdekaan. Sebagian besar buku itu, dari cara meresensi yang intim dan naratif, tampaknya sangat mempengaruhi pertumbuhan intelektual dan kecintaan P. Swantoro atas buku.

Bukalah resensi atas buku Geillustreerde Encyclopedie van Nederlandsch-Indie yang tebalnya 1.500 halaman itu. Semburat warna beberapa halaman dari buku ini sudah cukup buat alasan mengapa Swantoro mencintai buku dan ingin melihat lagi buku itu pada 1994. Tentu saja, ini bukan buku ala komik bergambar dengan kertas ivory itu, melainkan buku tentang kota-kota di Hindia Belanda. Di dalamnya terdapat banyak sekali lambang kotapraja: Batavia, Surabaya, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Amboina, Manado, Palembang, Bandung, Malang, Bogor, Cirebon, Magelang, Madiun, Pasuruan, Blitar, dan Salatiga.

Historia docet”, sejarah itu mengajar, tulis guru sejarah SMA Stella Duce dan dosen sejarah IKIP Sanata Dharma ini. Dan, lewat ensiklopedia itu, lewat wapen atau lambang-lambang itu, ia mengembarai sejarah kota-kota, sejumlah nama, dan titimangsa.

Selanjutnya, baca di buku Inilah Resensi: Tangkas Menilik dan Meresensi Buku

Sumber gambar: James Qualtrough_@jamesq / Unsplash