Jika cincin menjadi pengikat hubungan, bunga mawar sebagai penanda ikatan asmara, resensi bisa menjadi proklamasi dari sebuah pertemanan. Tanyakan soal ini kepada Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, niscaya keduanya mengiyakannya. Paling tidak, dokumentasi soal meresensi “buku teman” ini nyata adanya.
Keduanya, Sjahrir dan Hatta, bukan saja berasal dari puak yang sama (Minang), namun juga seiring seperjalanan, baik dalam studi di Belanda, mengorganisasi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI), serta mengelola koran mingguan Daulat Ra’jat. Kelak, saat negara bernama Indonesia terbentuk, keduanya seiring dalam gagasan hingga wafat. Keduanya bisa habis-habisan bertengkar dengan Bung karno, namun tidak antarmereka.
Pertautan dua bung kecil ini bisa kita lihat dalam dunia resensi buku. Pada 1932, Sjahrir menulis pamflet (buku tipis) dengan judul Pergerakan Sekerdja. Tebalnya hanya 36 halaman dengan ukuran 24 x 16 cm yang dibanderol dengan harga 0,30 sen. Antara lain isi buku ini adalah “Kapital, boeroeh, dan oepah”; “Pergerakan oepah dalam masjarakat kapitalistis”; “Pergerakan boeroeh”; “Kapital, boeroeh, dan oepah di Indonesia”; “Pergerakan boeroeh di Indonesia”; “Boeroeh kereta api di Indonesia”; dan “Pokok-pokok fikiran jang dikemoekakan (dalam 13 fasal)”.
Iklan buku ini nyaris tiap edisi muncul di Daulat Ra’jat, khususnya yang terbit di tahun 1933. Dimulai dengan kalimat seruan seperti ini: “Kaoem nasionalisten, teroetama jang berpolitik, patoet dan perloe haroes! mempahamkan so’al ini: Pergerakan Sekerdja”. Iklan buku Sjahrir yang muncul di halaman depan ini bergantian dengan buku pamflet yang ditulis Hatta sendiri yang berjudul Toedjoean dan Politik Pergerakan Nasional di Indonesia.
Buku Sjahrir ini sepenuhnya bisa disebut buku indie: diterbitkan sendiri, diiklankan di media sendiri, dan disdistribusikan oleh usaha sendiri. Makin sempurna sebagai buku indie, buku ini diresensi justru oleh Mohammad Hatta yang tak lain adalah sahabat Sjahrir sendiri yang sama-sama berjibaku di jalan pergerakan bersama PNI dan orgaan Daulat Ra’jat.
Selanjutnya, baca buku Inilah Resensi: Tangkas Menilik dan Meresensi Buku
Sumber gambar: Zekeriya Sen – @zekeriya // #usplash