Meresensi Buku Itu Bagian dari Laku Ajar Sukarno

Resensi adalah tanggapan atas berjalannya macam-macam peristiwa dunia dengan segala kekalutannya. Untuk menanggapi kelalutan dunia seperti itu, Ir. Sukarno, pendiri Republik Indonesia di usianya yang ke-40 memilih meresensi buku sebagai cara memberikan tanggapan.

Ya, ya, Sukarno juga adalah seorang peresensi buku. Namun, bukan untuk mencari uang, apalagi sekadar mencari kemasyhuran. Bukan. Ia meresensi buku untuk tahu dan terlibat secara jauh memahami apa yang terjadi dalam perang dunia kedua sepulangnya dari pembuangan politik.

Ia memasuki praktik politik fasisme yang sedang membakar Eropa dengan cara, dalam istilah Sukarno sendiri, “menilik” buku-buku yang membabar soal itu dari penulis-penulis Jerman terkini.

Untuk memahami fasisme yang dikobarkan Hitler, Sukarno memilih menilik buku karya Willi Munzenberg berjudul Propaganda Als Waffe. Penulisnya adalah antihitlerianisme.

Sukarno tergila-gila dengan massa dan raja orator tiada tanding dalam persada politik kita dalam banyak hal disumbang gaya Hitler. Sukarno bahkan berkesimpulan, kerongkongan Hitler-lah yang merampas Eropa.

Bahkan, salah satu judul esai Sukarno yang saya jadikan contoh penulisan judul esai yang keren di buku Inilah Esai disumbang perkataan Hitler ini: Gobloklah orang yang mengatakan: sedikit bitjara, banjak bekerdja. Goblok! Orang jang demikian tidak pernah menindjau kedalam sedjarah dunia. Sembojan kita harus: banjak bitjara, banjak bekerdja!

Selanjutnya, baca di buku Inilah Resensi: Tangkas Menilik dan Meresensi Buku

Sumber gambar: Artsy Vibes / Unsplash