Solusi Ekstrem si Manusia Kamar Melawan Pandemi

Empat dekade sebelum penghuni bumi diminta masing-masing pemangku negerinya untuk mengurung diri di rumah, Seno Gumira Ajidarma sudah memaksa tokoh ciptaannya melakukan tindakan absurd. Disebut absurd karena tokoh ciptaannya, seorang penulis yang rajin ikut lomba penulisan esai pembangunan, hilang dari garis edar pergaulan lantaran mengunci diri dalam kamar.

Sebut saja dia si Manusia Kamar sebagaimana judul ceritanya.

Si Manusia Kamar adalah ikon dari lockdown dalam arti yang sesungguh-sungguhnya. Ia mestinya mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya karena kepatuhannya yang total dengan berpegang pada kutipan filsafat yang terkenal: “orang lain adalah neraka bagiku”.

Perjalanan si Manusia Kamar memasuki kamar secara total tidak terjadi begitu saja. Ada proses. Mula-mula, rumahnya yang sepetak kecil itu masih seperti model rumah orang kebanyakan. Ada pintu, ada jendela. Beberapa hari kemudian, pintu disikat. Maksudnya, ditembok.

Karena dunia luar masih saja berisik, jendela menyusul disikatnya. Yang tersisa bagi dunia luar hanyalah lubang kecil sebesar kucing persia masuk keluar. Lubang sisa itu sekaligus pipa komunikasi antara si Manusia Kamar dengan dunia luar, dengan Pak Pos.

Apa yang dilakukan Manusia Kamar dalam kamar atau rumah yang di-lock(down) total itu? Jika ingin mengikuti gerak-gerik dunia luar, si Manusia Kamar bisa mengikutinya lewat antena parabola atau radio atau koran. Juga, ia bisa memasan buku-buku terbaru yang iklan dan resensinya dia baca di koran. Semua itu bisa sampai di kamarnya lewat jasa pos. Jika makan, ia bisa memesannya kepada Pak Pos.

Makan pun si Manusia Kamar batasi. Ia mengikuti laku para biksu yang tidak boleh terlalu memanjakan apa yang diminta tubuh. Supaya badannya tetap sehat, si Manusia Kamar melakukan yoga.

Dan sebagainya, dan seterusnya. Dalam momen mengurung diri dari virus yang bertebaran di dunia luar, si Manusia Kamar melakukan kerja-kerja yang serba terbatas yang ia sendiri bisa lakukan secara efektif dan efisien. Bahkan, lubang kubur pun ia sudah siapkan dalam kamarnya kala waktunya tiba.

Teman, sosok ini diperkenalkan kepada publik luas dalam bentuk buku pada 1988. Sejak saat itu, si Manusia Kamar adalah profil hidup yang absurd. Kok, ada kehidupan semacam itu.

Teman, bacalah kembali cerita itu pada 2020 ini saat pandemi bernama Covid-19 merontokkan apa pun di luar kehidupan kamar. Sebagaimana falsafah yang dikonsumsi secara harafiah oleh si Manusia Kamar, dunia luar adalah neraka virus yang mematikan dan hanya kamar yang paling aman untuk didiami. Apa yang diyakini si Manusia Kamar empat dekade silam itu kini dipraktikkan ramai-ramai oleh manusia sejagat. Bahkan, hingga di negeri tanpa matahari bernama Islandia.

Buku kumpulan cerita Manusia Kamar ini saya rekomendasikan untuk dibaca sehingga kita punya teladan seperti apa mengamalkan macam-macam hestek menyuruh tinggal di rumah yang berseliweran di media sosial.

Kita butuh seorang hero macam si Manusia Kamar saat Anda kesal tiap kali Abangda Luhut Binsar Panjaitan ngomong dan dikutip insan pers pengabdi klikbeit. Inilah era di mana perlawanan paling radikal dalam revolusi global melawan pandemi tak kasat mata adalah menjadi manusia kamar, manusia rebahan yang total.***