“Saturday’s tragedy”, demikian New York Times edisi 3 Oktober menyebutnya, tidak boleh dianggap peristiwa harian yang biasa. Ia badai dunia. Seperti badai, katastrofa dari Kanjuruhan ini mengirim pesan yang sangat gelap ke seluruh lengkung bumi.
Bersandar pada publikasi lembaga pers Newseum yang berbasis di New York, saya menghitung lebih kurang terdapat 50-an koran yang terbit pada 3 Oktober menempatkan “catasrofe in voetbalstadion” dari Kanjuruhan ini pada halaman muka (frontpage).
Tak pernah terbayangkan–dan tak akan pernah–wajah kita bisa sampai nongkrong di halaman depan koran Koha Ditore. Koran harian yang terbit di Kota Prishtina, Kosovo, ini memilih foto kerusuhan Kanjuruhan sebagai headline dengan keterangan, “Te pakten 125 persona kane vdekur ne rremujen e se shtunes mbrema ne nje ndeshje futbolli ne Indonezi …”
Mimpi apa coba, bisa-bisanya Indonesia menyumbang “informasi” kepada sekaligus trio koran kuning mirip Lampu Merah/Hijau dan The Sun yang terbit di Turki.
Koran Olay dari Kota Busra menaruh foto seorang suporter sambil memeluk erat anaknya dengan latar pasukan huru hara. Paragraf pertama artikel berjudul “iKiNCi BuYuK STAT FACiASI”. itu langsung membandingkan apa yang terjadi di Indonesia saat ini sama dengan malapetaka sepak bola 1964 di Estadio Nacional, Lima, Peru.
Di Kota Istanbul, koran Sabah juga menurunkan berita buruk ini, tetapi di halaman 20 dengan judul “Endonezya’da Futbol Maci Faciasi: 125 Olu”, tepat di sisi berita derbi yang sangar antara Besiktas vs Fenerbahce. Demikian juga Yeniasir yang terbit di Kota Izmir menurunkan judul di halaman depan “Endonezya’da stat faciasi: 174 olu” dengan berita lanjutan ada di halaman 8.
Di Asia, Kanjuruhan tercetak di koran-koran yang terbit, antara lain di Beijing (China Daily), Karachi (Dawn), Seoul (JoongAng Ilbo dan The Dong-a Ilbo), Dubai (Gulf News), Kuwait (Kuwait Times), Muscat (Muscat Daily), dan Chennai (New Indian Express).
Di Amerika Serikat, kabar tragedi ini berdampingan dengan berita Badai Ian yang meluluhlantakkan Florida. Lihat, Malang dan Florida terasa sangat dekat di sejumlah koran yang saya yakin Anda belum pernah mendengarnya; bukan saja nama korannya, kotanya pun sangatlah asing dalam percakapan sehari-hari.
Di Lexington, Kentucky, misalnya, koran Lexington Hearld-Leader menempatkan foto kesunyian sepasang sepatu milik penonton tak bernama dengan pemandangan Stadion Kanjuruhan yang lengang. Tak ada seorang pun manusia dalam foto dengan judul headline: “125 die as tar gas triggers crush at Indonesia soccer math”.
Berita serupa seperti itu, tentang duka dan kesunyian yang menganga di rongga dada, kita temukan di The Bradenton Herald yang terbit di Florida. Buka pula The Wichita Eagle (Wichita, Kansas), The Dallas Morning News (Dallas, Texas), The Free Press (Kinston, North Carolina), The Grand Rapids Press (Grand Rapids, Michigan), The Beaufort Gazette (Blufton, South Carolina), Sun Herald (Kota Biloxi, Mississippi), The Seattle Times (Seattle, Washington), The Times (Trenton, New Jersey), dan Ledger Enquirer, koran tua yang terbit sejak 1828 di Alabama.
Di Texas, tiga koran memilih berita “World” diisi kabar hitam dari Kanjuruhan. Satu, koran Laredo Morning Times dari Kota Laredo; dua, Temple Daily Telegram dari Kota Temple; dan, tiga, The Beaumont Enterprise yang terbit di Beaumont.
Adapun The Atlanta Journal-Constitution menjadikan kemalangan Kanjuruhan ini sebagai “Top International Story” dengan judul besar: “Indonesia Soccer Riot: Soccer fans blame police for deaths; Expert: Use tear gas, banned by sport’s ruling body, added to chaos”.
Secara serempak semua newsroom media MASSA (publik) bersepakat menyoroti pemakaian gas airmata sebagai biang keladi dari apa yang disebut FIFA sebagai “a day dark” ini.
The Wall Street Journal yang di New York jelas-jelas menyoroti pemakaian gas airmata untuk membubarkan kerumunan massa pada artikel halaman A6, “At Least 125 Die in Soccer Disaster”, yang berdampingan dengan foto Aremania menyalakan lilin duka pada halaman depan.
Di harian The New York Times, dengan halaman depan yang minimalis, berita “Soccer Tragedy” Indonesia yang berasal dari Malang ini ditempatkan satu ruang kolom yang sama di halaman depan dengan serial berita besar dari Washington perihal debat rasialisme di Mahkamah Agung.
Yang dari Washington berjudul “Race Has Role in Major Cases Before Justices”, sementara dari Malang “Fatal Stampede for Exits As Police Fired Tear Gas” dengan foto pendukung adalah sepasukan huru hara yang bertameng dan berpentungan dengan pemandangan tribun yang seluruhnya terkepung asap gas air mata.
Koran besar yang terbit di New York ini yakin betul bagaimana penanganan kerusuhan dengan gas air mata merupakan kesalahan yang sangat fatal dan mematikan yang membikin Indonesia berada dalam red notice sebagai penyelenggara sepak bola dengan kualitas luar biasa buruknya.
Seperti New York Times, harian The Star yang terbit di Shelby, North Carolina, memilih kabar dari Kanjuruhan sebagai headline dengan menggeser berita Badai Ian yang menggasak Florida. “A Dark Day and Tragedy” dari Malang itu tersusun dalam judul yang disertai gambar besar polisi pasukan huru hara dan suporter berada di depan gawang: “125 die after tear gas deployed in stadium”.
Koran ini hendak mengatakan, “kemelut di depan gawang” itu bukan sedang mengejar peringkat FIFA sebagaimana PSSI impi-impikan, melainkan mengejar peringkat terbaik dalam perihal sepakbola horor.
Inilah “Dark Day”, tulis Irish Times dari Kota Dublin, Irlandia. Atau, “Tragedie in Indonezia”, seperti yang ditulis Informatia Zilei yang terbit di Kota Satu Mare, Rumania dengan judul artikel “174 de morti dupa un meci fotbal”. “Soccer tragedy,” kata National Post yang terbit di Totonto, Kanada. Kata “Soccer Tragedy” itu mencolok di baris pertama halaman depan dengan artikel lebih detail berada di halaman A5.
Vorarlberger Nachrichten yang terbit di Voralberg, Austria, memang tidak menurunkan artikel “125 Todesopfer bei Massen-panik nach Fußballspiel in Indonesien” di halaman depan. Namun, informasi awal ditempatkan dalam satu kerangka dengan foto kemenangan Rheindorf Altach atas SV Ried dalam lanjutan Bundesligatabelle. Satu paragraf bersama foto kecil di halaman depan bagian paling atas.
Dari Rotterdam, Belanda, koran legendaris Algemeen Dagblad menurunkan foto utama yang terpampang besar dengan judul “Catastrofe na veldslag in voetbalstadion”. Sementara, koran Het Parool menurunkan foto tiga polisi dan satu suporter Arema FC di tengah jelaga “asap” yang disertai kalimat ini: “Beladen voetbalderby loopt uit de hand: zeker 125 doden op Java”.
Mari kita ke Kota Barcelona. La Vanguardia menempatkan tiga ruang untuk apa yang mereka sebut “Tragedia en Indonesia”. Satu, headline foto yang besar dan tajam dengan sorotan langsung ke pihak keamanan. Sementara, artikel penjelas termuat di halaman 34 dan 35. Berita dari Indonesia itu berada satu trip di atas berita pertarungan sengit antara Lula dan Bolsonaro di pemilu Brazil.
Cape Times yang terbit di Kota Cape Town, Afrika Selatan, pada akhirnya hadir dengan headline yang menggetarkan, “Dark Day Befalls Football World” disertai tiga foto: suporter yang mengusung korban terluka, polisi yang menembakkan gas air mata ke tribun, dan bangsal barisan mayat suporter di rumah sakit.
Sudah. Cukup. Itu koran-koran yang terbit 3 Oktober. Kita belum periksa yang terbit 4 Oktober. Tahu apa pesan dari katastrofa dari Kanjuruhan yang menghuni halaman depan koran-koran dari semua benua ini?
Jangan coba-coba menangani dengan cara-cara “tradisional” selama ini, dengan cara-cara komdis PSSI yang nantinya berujung pada impunitas.
Ini bukan lagi perkara sepakbola Malang semata, perkara semenjana PSSI. Ini adalah “Tragedie in Indonezia”, ini adalah “A Dark Day”, ini adalah “Soccer Tragedy”.
Dalam satu tarikan kalimat koran Tages-Anzeiger yang terbit di Kota Zurich, Swiss, sembari menukil kata-kata Giovanni Vincenzo “Gianni” Infantino, katastrofa dari Kanjuruhan adalah “Tragedie jenseits aller Vorstellungskraft”; sudah di luar nalar sehat. Dan, dunia dibuat shock. “Die fussballwelt ist in einem Schockzustand”.
Indonesia, pada akhirnya, menjadi penyumbang bencana terburuk sepak bola dalam 58 tahun terakhir. “Die größte Katastrophe im Fußballstadion seit 58 Jahren,” tulis koran Kurier yang terbit di Wina, ibu kota Austria. Kata-kata menusuk ulu hati itu disertai dengan foto bangkai dua mobil polisi yang mendominasi seluruh frontpage.
Pembaca budiman, kita memang tak pernah bisa lari dari kutukan 1 Oktober yang tak pernah bangsa ini selesaikan kasusnya di mana skalanya jauh lebih dahsyat ketimbang katastrofa Kanjuruhan ini. Kita yang bercocok tanam 1 Oktober, kini kembali memanennya setepat-tepatnya. Itu.
LAMPIRAN: Per Selasa, 4 Oktober 2022, inilah nama-nama korban meninggal dunia yang teridentifikasi di 10 rumah sakit di kota/kabupaten seantero Malang:
RS WAFA HUSADA MALANG
- MUCHAMAD ARIFIN, 45 tahun, Tumpang, Teridentifikasi
- MOCH HASHFI AL WAFI, 16 tahun, Wagir, Teridentifikasi
- RONI SETIAWAN, 23 tahun, Kromengan, Teridentifikasi
- ANGGRAENI DWI KRUNIASARI, 20 tahun, Sumber Pucung, Teridentifikasi
- VIKY ROHIBALA , 27 tahun, Tajinan, Teridentifikasi
- IWAN JUNAEDI, 45 tahun, Singosari, Teridentifikasi
- FAIQOTUL HIKMAH, 22 tahun, Sumbersari Jember, Teridentifikasi
- FILLAH AZIZ FIRMANSYAH, 21 tahun, Gondanglegi Malang, Teridentifikasi
- ELISABETH AGUSTIN, 16 tahun, Tumpang, Teridentifikasi
- MOH RIZKI DARMAWAN, 16 tahun, Garum Blitar, Teridentifikasi
- GILANG SURYA RAMADANI, 20 tahun, Blimbing Kota Malang, Teridentifikasi
- ANIK HARIANI, 40 tahun, Pagak Malang, Teridentifikasi
- HADI KURNIAWAN, 22 tahun, Batu, Teridentifikasi
- HUTRI ADI HERMANTO, 37 tahun, Pakisaji, Teridentifikasi
- AHMAD WAHYUDI, 27 tahun, Lowokwaru Malang, Teridentifikasi
- MOHAMMAD ADIT, 27 tahun, Pagelaran, Teridentifikasi
- JEFRI IKLASTUL AMAL, 27 tahun, Gedangan, Teridentifikasi
- AHMAD DANI SAFARUDIN, 15 tahun, Kepanjen, Teridentifikasi
- MOCH. TEGAR ARDIAN, 17 tahun, Pakisaji, Teridentifikasi
- ARNOLD P 22 tahun, Pagelaran, Teridentifikasi
- MOCH. ABID HUSNI, 18 tahun, Bantur, Teridentifikasi
- MUHAMMAD NOVAL PUTRA AULIA, 21 tahun, Sumbersari Jember, Teridentifikasi
- EKO VIKI SULISTIYONO, 26 tahun, Tajinan, Teridentifikasi
- HADIYATUS TSANIYAH, 24 tahun, Ujung Pankag Gresik, Teridentifikasi
- MUHAMMAD UBAIDILLAH, 15 tahun, Pakis, Teridentifikasi
- ALFINIA MAHARANI PUTRI, 20 tahun, Lowokwaru, Teridentifikasi
- WAHYUDI, 22 tahun, Wajak, Teridentifikasi
- MOH BINTANG PRATAMA, 27 tahun, Kromengan, Teridentifikasi
- GABY ASTA PUTRI, 37 tahun, Wajak, Teridentifikasi
- TASYA, 16 tahun, Wajak, Teridentifikasi
- EVI NUR ROSIDAH, 22 tahun, Kalipare, Teridentifikasi
- LALA, 14 tahun, Wajak, Teridentifikasi
- HENDRIK GUNAWAN, 21 tahun, Purwodadi Pasuruan, Teridentifikasi
- RADINA ASTRID YUFITASARI, 20 tahun, Sukun Kota Malang, Teridentifikasi
- M. HAFIZH APRILIANTO, SDRA, 19 tahun, Kedungkandang, Teridentifikasi
- AUDI NESIA ALFIARI, 12 tahun, Kedungkandang, Teridentifikasi
- SHIFWA DINAR, 17 tahun, Kedungkandang, Teridentifikasi
- BRAGI KUSUMA, 20 tahun, Ampelgading, Teridentifikasi
- AGUS RIANSYAHPRATAMA PUTRA, 20 tahun, Purwosari Pasuruan, Teridentifikasi
- GABRIEL, 16 tahun, Wonosari, Teridentifikasi
- FAIZ AL FIKRY, 18 tahun, Ngunut Blitar, Teridentifikasi
- FIRMAN NUR ABIDIN, 32 tahun, Kedungkandang, Teridentifikasi
- M RIZAL ILHAMIN, 18 tahun, Ampelgading, Teridentifikasi
- GEBY SETYAWARDANI, 16 tahun, Pagak, Teridentifikasi
- MOH. IRSYAD AL JUNED, 20 tahun, Lowokwaru Malang, Teridentifikasi
- CITRA AYU AMELIA, 15 tahun, Pakisaji, Teridentifikasi
- SALSA YONAS OCTAVIA, 39 tahun, Sukun, Teridentifikasi
- REVANO PRASETYO, 15 tahun, Wonosari, Teridentifikasi
- MUNIFA LATIFUL IKSAN, 20 tahun Ngariboyo Magetan, Teridentifikasi
- WILDAN RAMADANI, 19 tahun, Pagelaran, Teridentifikasi
- ABIAN HASYI RIFKI, 18 tahun, Kraksaan Probolinggo, Teridentifikasi
- ANDIKA BAYU PRADANA, 20 tahun, Nglegok Blitar, Teridentifikasi
RSB HASTA BRATA BATU
- BRIPTU FAJAR YOYOK, Trenggalek
- BRIPKA ANDIK PURWANTO, Tulungagung
RSUD KANJURUHAN
- SYAHRULLAH, 18 tahun, Gondang Legi, Teridentifikasi
- INDHI RAHMA PUTRI, 19 tahun, Tulungagung, Teridentifikasi
- MUH. VIRDI PRAYOGA, 3 tahun Blimbing Kota Malang, Teridentifikasi (korban termuda)
- KLARISTA DISCA SAPUTRI, 18 tahun, Wagir, Teridentifikasi
- HERLANGGA ADITAMA, 18 tahun, Tulungagung, Teridentifikasi
- LUTVIA DAMAYANTI, 20 tahun, Blimbing Kota Malang, Teridentifikasi
- MOCHAMAD ALI MUHTAR, Wajak, Teridentifikasi
- NAFISATUL MUKHOYAROH, 24 tahun, Klojen, Teridentifikasi
- EL VIDUALLY, 23 tahun, Sukun, Teridentifikasi
- SANDI SANJAYA, 21 tahun, Kalipare, Teridentifikasi
- MUSTOFA, 15 tahun, Blitar, Teridentifikasi
- M. RIAN FAUZI, 15 tahun, Turen, Teridentifikasi
- KAKA WIDAD, 17 Tahun, Dau, Teridentifikasi
- HADINATA, 21 tahun, Sumbergempol, Teridentifikasi
- ANGGER A.P, 19 tahun, Kota Malang, Teridentifikasi
- LINDA SETYA, 18 tahun, Dampit, Teridentifikasi
- LAMHADI IRAWAN, 20 Tahun, Kedungkandang, Teridentifikasi
- WAHYU NUR UTOMO, 18 tahun, Tumpang, Teridentifikasi
- ACH NUR CAHYO, Pakis, Teridentifikasi
- ACHMAD HUSEN RAHMADANI, 16 Tahun, Sumber Gempol Tulungagung, Teridentifikasi
- RIYO EDIT SETYAWAN, 21 tahun, Tumpang, Teridentifikasi.
RSUD SAIFUL ANWAR
- M. ARI MAULANA, 18 tahun, Pakis, Teridentifikasi
- RUDI HARIYANTO, 34 tahun, Blimbing Kota Malang, Teridentifikasi
- PRATIWI, 25 tahun, Purwosari Pasuruan, Teridentifikasi
- SEPTIAN RAGIL SYAHPUTRA, 21 tahun, Pakisaji, Teridentifikasi
- AHMAD KHOIRUL HUDA, 28 tahun, Garum Blitar, Teridentifikasi
- YUNIA, 19 tahun, Ngajum, Teridentifikasi
- DAFA YUNANTO, 18 tahun, Turen, Teridentifikasi
- PUTRI LESTARI, 21 tahun, Teridentifikasi
- HINDUN DIANA, 19 tahun, Sumbermanjing Wetan, Teridentifikasi
- MUHAMMAD NIZAMUDIN, 15 tahun, Rejoso Pasuruan, Teridentifikasi
- YANUAR DWI BRAMANTYO, 13 tahun, Kanigaran Probolinggo, Teridentifikasi
- MOH. HENDRA, Pagak, Teridentifikasi
- FAIZ AL FIKRI, 18 tahun, Ngunut Tulungagung, Teridentifikasi
- MOH AKBAR ARRAHAN, 14 tahun, Gondanglegi, Teridentifikasi
- MOCH. RIKKY ADITYA, 13 tahun, Tumpang, Teridentifikasi
- HANDIKA RIZKY TRIONO, 15 tahun, Sumberpucung, Teridentifikasi
- RIA AMELIA PUTRI, 19 tahun, Kedungkandang Kota Malang, Teridentifikasi
- ABDAN AGENG FAUZAN, 18 tahun, Wagir, Teridentifikasi
- FAREL ATYANABI, Pakis, Teridentifikasi
- MOH. KINDI ARRUMI, 16 tahun, Probolinggo, Teridentifikasi
RS TEJA HUSADA KEPANJEN
- DEVI RATNASARI, Klojen Kota Malang, Teridentifikasi
- MUCH. YULIANTO, 40 tahun, Klojen, Teridentifikasi
- NAJWA, 15 tahun, Klojen, Teridentifikasi
- ANGGAPRASDIYANSYAH, 34 tahun, Sukun, Teridentifikasi
- MUH. FEBRIANSYAH, 17 tahun, Lowokwaru, Teridentifikasi
- NOVAL BUDIONO, Ampel Gading, Teridentifikasi
- HERLANGGA ADITAMA, Tulungagung, Teridentifikasi
- ADITYA DIMAS PRATAMA, Tumpang, Teridentifikasi
- DAFFA FAKHRUDIN WIJAYA, 15 tahun, Klojen, Teridentifikasi
- RIYAN, Nongkojajar, Teridentifikasi
- MUH. MUNGIZUL HIDAYATULLAH, Blitar, Teridentifikasi
- MAYANG AGUSTIN, Sumberpucung, Sumber Pucung, Teridentifikasi
- NITA MAULIDYA, 27 tahun, Klojen, Teridentifikasi
- RANGGA P SAPUTRA, Sukun, Teridentifikasi
- MUHAMMAD HAIKAL MAULANA, 17 tahun, Teridentifikasi
RS BEN MARI PAKISAJI
- EKA PRIYATI MEI WULANDARI, 18 tahun, Teridentifikasi
RS HASTA HUSADA
- RIZKY DWI, Krajan Probolinggo, Teridentifikasi
- RIZKY WAHYUDI, Sumber Pucung, Teridentifikasi
- FAJAR KHOIRUN AHMAD, Singosari, Teridentifikasi
RSI GONDANG LEGI
- IBNU MUHAMMAD RAFI, 15 tahung, Kedingkandang Kota Malang, Teridentifikasi
- YULIO DINI PRASTIAWAN, 14 tahun, Sumber Pucung, Teridentifikasi
- HILDAN ADISTA, 17 tahun, Teridentifikasi
- BAHRUL ULUM, 22 tahun, Kedungkandang, Teridentifikasi
RS SALSABILA
- HAIKAL, 15 tahun, Tirtoyudo, Teridentifikasi
RST SOEPRAON
- MUHAMMAD NAILUL AUTHOR, 15 tahun, Pagak, Teridentifikasi.
LANGSUNG DIBAWA KELUARGA DARI TKP
- KUSNAENI, Blitar
- JOHAN FARELLINO YUSEIFA PRATAMA PUTRA, 15 tahun, Bululawang
- RIYANG AMBARWATI, 20 tahun, Kepanjen
- HAFISKA DWI ANINDITYA, 13 tahun, Wagir
- REVANYA SALWA SYAHRINI, 18 tahun, Blimbing
- IWAN, 45 tahun, Blimbing
- Muhammad Ilham Sabilillah, 18 tahun, Kedungkandang
- VERA PUSPITA AYU, 22 tahun, Lowokwaru
# Dipublikasikan Jawa Pos edisi 5 Oktober 2022