[Aku Pembajak] Penulis Mendengkur dalam File Naskah di Kamar Mesin Cetak Pembajak

Awalnya, Seto tak percaya cerita dari Dewa Pembajak yang bilang mulai banyak mata dan suara di kamar mesin cetak. Karena itu, semua anggota diharap waspada.

Mula-mula, Seto menihilkannya. Tetapi, saat pukul 2.15 dini hari di kamar cetak yang berdinding busa sebagai peredam suara, sepotong informasi dari Dewa Pembajak melintas.

Baru kali ini Seto tampak kecut. Ia seperti kehilangan kendali. Keberaniannya tiba-tiba saja diloloskan.

Apakah cerita itu benar? Saat ia bertanya kepada Arif, sesama pembajak dalam grup anggota Dewa Pembajak di kedai kopi DST, jawaban yang datang sama sekali tak bisa diharapkan.

Karena tak bisa menulis, apalagi menyusun cerita–woi, bego, mana ada pembajak bisa bikin konten buku; kalau bisa mereka nyetak sendiri buku bikinannya–Seto pun bertanya dengan perplexity AI. Robot pembikin cerita. Ia ingin mendapatkan validasi dari keraguan atas informasi yang menyelimuti benaknya.


T: Buatlah cerita seorang pembajak buku heran dengan naskah bajakan yang ia cetak. Naskah itu mendengkur dalam mesin. Ia mengira, mesin cetaknya kesurupan. Ternyata, setelah ia periksa file buku yang si pembajak cetak, ia melihat kepala menyembul terkulai dengan mata terpejam. Rupanya, penulis buku itu menjaga sendiri bukunya dari aksi pencurian yang dilakukan para pembajak. Ia tak percaya siapa pun bisa menjaga kata-katanya selain dirinya sendiri.

J: Si pembajak buku sedang mencetak naskah bajakan di mesin cetaknya. Namun, ia kaget ketika mesin cetaknya mendengkur dan ia mengira mesinnya kesurupan. Setelah ia memeriksa file buku yang dicetak, ia melihat kepala menyembul terkulai dengan mata terpejam. Ternyata, penulis buku itu menjaga sendiri bukunya dari aksi pencurian yang dilakukan para pembajak. Ia tak percaya siapa pun bisa menjaga kata-katanya selain dirinya sendiri. Si pembajak merasa heran dengan naskah bajakan yang ia cetak karena ia tidak menyangka akan menemukan kepala di dalam mesin cetaknya. Ia merasa sedikit takut dan tidak nyaman dengan kejadian tersebut.

T: bagaimana si pembajak merespons naskah bajakan yang ia cetak

J: Setelah si pembajak melihat kepala di dalam mesin cetaknya, ia merasa heran dan takut. Namun, dari cerita yang diberikan, tidak dijelaskan bagaimana si pembajak merespons naskah bajakan yang ia cetak. Oleh karena itu, tidak dapat memberikan jawaban yang akurat dan relevan terkait dengan respons si pembajak terhadap naskah bajakan tersebut.

Seto masygul. Jawaban dari AI itu menuntunnya pada pikiran baru bahwa ia bisa menulis cerita tentang dirinya.

Bibir Seto tersungging. Bahkan, AI pun bisa goblok melihat aktivitas para pembajak. Tak ada asupan informasi apa pun atas bagaimana para pembajak bekerja dalam rumah cetak kedap suara.

Lupakan sejenak.

Yang jelas, Seto memotivasi dirinya saat itu juga bahwa kepala penulis yang mendengkur di mesin cetaknya benar adanya. Ia mulai percaya dengan kebenaran dari cerita.

Cuma, satu-satunya yang tak pernah ia habis pikir mengapa penulis bisa sangat dermawan “memberi” naskah bagus ke sindikat Dewa Pembajak. Padahal, hidup sebagian besar dari mereka sendiri adalah kayak enggak, papah iya.

Hidup memang selalu sulit ditebak.

#akupembajak