Jurnalistik dan Sepak Bola

Di setiap pertandingan akbar sepak bola, baik levelnya dunia maupun benua atau bahkan laga ter-domestik (tarkam), jurnalistik adalah pilar penting. Di antara teriakan dan dengung suara parau suporter sepanjang pertandingan, di sana ada jurnalis yang…

Warisan Kiri yang Siap Dihancurkan!

Ketika di bulan Mei sekelompok ormas dan didukung segelintir purnawirawan TNI seperti Kivlan Zen menuding-nuding patung warisan komunis di jantung ibu kota Jakarta. Patung yang lebih dikenal publik dengan “Tugu Tani” itu terletak di lingkaran…

Marhaban Ya Sweeping Buku Kiri

Dampak dari Pengadilan Rakyat Internasional atau International People’s Tribunal untuk korban pembantaian massal 1965 di Den Haag, Belanda (10-13 November 2015) melahirkan sebuah simposium terpenting sejak Orde Harto tumbang. Simposium Tragedi 1965 di Jakarta pada…

Menulis di Masjid

Pernah suatu masa yang jauh, masjid adalah tempat saya belajar. Sejak remaja, saya membiasakan diri mengerjakan pekerjaan sekolah di rumah atau biasa diringkas menjadi PR di masjid. Bahkan dilanjutkan dengan tidur pulas hingga salat subuh…

Kita Butuh UU Buku, bukan Perpus DPR

Kita selalu memberi apresiasi kepada semua kalangan untuk memajukan dunia literasi di Indonesia. Termasuk anggota parlemen dengan impian spektakuler: membangun perpustakaan DPR termegah se-Asia Tenggara. Saya selalu memuji website dpr.go.id, terutama saat mereka mengunggah edisi…

12 Pesan Tahun Baru dari Politbiro CC PKI

Jika Politbiro CC PKI tahu bahwa di tanggal terakhir tahun lalu, anak muda terbaik dari Perkumpulan Praxis yang sebelumnya ditunjuk sebagai Komisaris Krakatau Steel di Cilegon terpilih sebagai Dirjen Kebudayaan Baru NKRI “Harga Mati”, pastilah…

Wahai Khidir, Bimbinglah Yakusa HMI di Jalanmu!

Marilah memahami Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) secara jernih. Mungkin Anda menganggap bahwa HMI yang berdiri sejak 1947 (HMI47) itu sehimpunan mahasiswa rakus uang ketimbang dermawan, lebih suka pesta ketimbang zikir, jadi garong restoran ketimbang laskar…

Tak Ada Bung Tomo di Pertempuran 10 November

Pertempuran 10 November yang kemudian bertiwikrama menjadi “hari pahala-wan” adalah salah satu pertempuran paling mematikan dalam sejarah perang di Indonesia. Arek-arek Suroboyo bertempur habis-habisan untuk melawan sebuah ultimatum pendudukan setelah 84 hari kemerdekaan diproklamasikan secara…