Cermin Retak Kuli Imigran (Perempuan) Indonesia

Resensi ini kutulis ketika Akademi Kebudayaan Yogyakarta mulai mengeluarkan satu per satu “ijazah” mahasiswanya berupa penulisan novel dari hasil riset mendalam. Dan buku ini adalah “ijazah” pertama yang keluar. KOMPAS – Sabtu, 15 Mar 2003…

Membumikan “Teologi Teomorfis” Post-Ramadhan

Inilah artikel yang paling mengesankan buat saya. Bukan karena isinya, tapi proses pembuatan dan pemuatannya. Artikel seperti ini masuk kategori artikel sekali setahun karena lebaran hanya dilangsungkan sekali dalam setahun. Seingat saya, artikel ini sudah…

Tak Sekadar “Meklov-meklovan”

Pengantar Buku Mencari Cinta (karya Muhidin M Dahlan) ::ali formen yudha, mahasiswa australian national university Sejak awal pertama menerima draf naskah buku tentang cinta ini, alhamdulillah saya mengalami banyak hal yang saya rasa ada sangkut…

Resensi Terbaik I Mizan Tahun 2002

Dan baiklah, inilah hubungan paling akrab saya dengan penerbit Mizan tatkala mereka menganugerahi saya sebagai peresensi terbaik pertama pada 2002 untuk resensi saya atas buku Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia…

Membongkar Imaji Postkolonial

Meresensi buku ini di Kompas adalah awal ketika saya mulai merancang sebuah diskusi intensif tentang wacana pascakolonial. Mirip pesantren sosialisme religius yang saya selenggarakan sebelumnya. Acara sarasehan pascakolonial itu melibatkan banyak sekali pemikir muda jogjakarta…

Meretas Jalan Keempat

::nur zaini mr, ketua lbpm el-nasr yogyakarta Kapitalisme, sosialisme, dan sosial demokratik cenderung menafikan aspek batin manusia karena digerakkan oleh materialisme. Bisakah sosialisme religius menajdi alternatif? Ketika badai krisis melanda Asia, termasuk Indonesia sejak pertengahan…

Interkulturalisme dan Gerakan Silang Budaya

Artikel ini adalah artikel pertamaku tentang kebudayaan di Harian Kompas. Kutulis ketika saya sudah aktif betul dalam gerakan pemikiran di Himpunan Mahasiswa Islam dan mulai nongol sesekali di galeri lukisan. Hasil nongol sesekali itu kemudian…