Manusianya, Bukan Kameranya

Ada dua lembar foto yang terus ditampilkan kala hari merdeka tiba. Satu, foto pose bersama saat Sukarno “membacakan” teks Proklamasi. Kedua, saat pengibaran bendera merah putih. Sepanjang tujuh puluh empat tahun, dua lembar foto itu…

Mentalitas Dokumentasi Kita Acakadut sejak Negara Berdiri

Jika teks Proklamasi kita jadikan sandaran sebagai dokumentasi sangat berharga dalam babad kemerdekaan, kita berhadapan dengan tradisi dokumentasi yang acakadut. Sembrono. Teks Proklamasi yang kemudian dilambari dengan teks konstitusi (UUD/Pancasila) merupakan akta lahir resmi negara…

“The Social Dilemma” dan Jurnalisme Kita

Di paruh awal gempuran pandemi Covid-19, sebuah film (dokumenter) baru diluncurkan Netflix, The Social Dilemma. Judul film dokudrama arahan sutradara Jeff Orlowski ini mengingatkan kita kepada film satu dekade silam, The Social Network. Keduanya membicarakan…

Koran sebagai Kanvas Rupa-Rupa Seni

Akhirnya, Jawa Pos Minggu bertransformasi. Titik balik itu dimulai 24 Agustus saat Indonesia memasuki bulan resesi di mana lantai bursa tiada hari tanpa batang lilin merah atau bearish. Dari format koran 6/7 kolom menjadi tabloid. …

Tidak Ada Jurnalis di Revolusi Agustus

Jika Juli dirayakan kaum nasionalis sebagai “Bulan Sukarno”, Agustus mestinya menjadi “Bulan Revolusi”. Sebuah momen di mana negara berbentuk republik bernama Indonesia dilahirkan dan api revolusi disuluh. Di momen kebangsaan dan kenegaraan yang diperingati tiap…

In Memoriam Arief Santosa (1965–2019)

Arief Santosa pergi dengan meninggalkan lara. Namun, kepergian jurnalis yang telah mengabdi 27 tahun untuk koran Jawa Pos itu sekaligus mengukuhkan sebuah keyakinan justru koran/majalah yang bersifat umum yang menjadi sekoci yang merekam geliat kebudayaan…

Bumi Manusia Bukan Film “Kiri”

Tanggapan terhadap Tulisan Redi Panuju yang Dimuat Jawa Pos 28 Agustus 2019 Hanya ada dua kata yang bermutu dari esai Redi Panuju yang dimuat di Jawa Pos, 28 Agustus. “Film” dan “Kiri”. Ratusan kata yang…

Requiem Senja Arswendo

Saat tirai senja 19 Juli turun dari langit Jakarta bagian selatan, drama hidup yang penuh onak dari penulis prolifik Arswendo Atmowiloto berakhir selamanya. Jika kamu selalu bilang senja itu begitu romantik, yang saya ingat dari…