Puisi dan Penyair Yogyakarta (4): Berdagang dengan Penyair

Ketika fajar internet masih lamat-lamat di beranda kalbu para sastrawan, sekelompok penyair menabalkan suatu era baru ketika “egalitarianisme” medium berkarya terbuka lebar. “Cyber poetry”, demikian penyair Saut Situmorang menyebutnya. Sastra siber—dan kemudian puisi siber—kemudian menjadi…