Jangan Usir ‘Adam Hawa’ dari Taman Bacaan

::ez

AH
ah…mendung di jagad sastra tiba
ditiupkan badai topan angkasa
akankah menjadi bencana
tidak akan
sastra akan setegak Sang Pencipta
sastra akan abadi seabadi Sang Pencipta
karena Sang Pencipta pun mengada
dalam sastra

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Mon Nov 14, 2005 11:43 am

****

::bagja

wah, MMI kasih somasi cuma bersandar pada sebuah resensi. apakah mereka baca bukunya sebelum melayangkan somasi ini? dan apakah somasi ini tetap ada jika, seandainya, dan seumpama, media indonesia tak memuat resensi itu. di pengantar, MMI menyoal resensi, tapi poin somasi memuat “buku yang telahmelecehkan”. aneh betul…

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Mon Nov 14, 2005 2:09 pm

****

::babi tai

maju terus muhidin, anggaplah yang tak setuju itu adalha dinamika dari sebuah dialektika kehidupan untuk masa depan yang penuh gemilang. tak harus kita terkungkung dogma apapun, karena kehidupan itu berjalan secara mekanis, jangan menyerah pada intimidasi dari pihak manapun yang menggunakan dogmasebagai tameng dab senjata. karena kemanusian tidak lahir dari rahim dogma saja, melainkan dari perjalan pemikiran dan rasa yang terus berkembang mengikuti dialektikanya. jangan gentar pada birokrasi dogma yang menghalangi kemajuan peradaban, kalo perlu tanggalkan saja dogma kalau memang dogma tak bisa menyelesaikan persoalanyang materil. kehidupan bukan jampi dari satu kitab!maju terus buat bung muhidin…..pantang mundur!jangan takut pada ancaman fisik, banyak pihak ada dibelakangmu, kalau perlu pengerahan massa lawan massa, tak ada revolusi yang tak berkorban. revolusi tidak akan pernah terjadi dari ayat atau puisi!kalian yang bergerak di kebudayaan hanyalah peluru dan senjatanya ada di massa. lawan….lawan!!!!!hancurkan fasis bermotif dogma!!setuju!!!?????

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Mon Nov 14, 2005 8:29 pm

****

::muna panggabean

kecuali 3 alinea pertama yang lumayan mengganggu karena berlagu anggota dewan juri sayembara novel sastra, resensi chavchay ini lumayan mengasyikkan untuk dibaca. dan dia berhasil memengaruhi saya pergi ke toko buku besok untuk membelinya.

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Mon Nov 14, 2005 4:38 pm

****

::gede h cahyana

Buat pengarang novel ini, saya hanya ingin bertanya. Satu saja pertanyaan saya,yakni apa tujuan dari penulisan novel tersebut? Demikian dan trims.

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Tue Nov 15, 2005 6:50 am

****

::roy

Manusia yang lupa bahwa IA “menyusui” mereka sebagai seorang ibu, dan “melindungi” sebagai seorang ayah yang baik. tapi lihat mereka yang hanya menganggap IA ada, dan tidak lebih, aku pernah melihat dipojok kelas sebuah bangku, dan ia hanya ada di pojok terus setelah ada apa, ia memang ada di sana?

IA yang besar dan tidak terlihat bisa menghinanya atau “menghinanya”? jika kita mengganggap IA bisa dihina atau “dihina” sama aja ia diumpamakan manusia,sama seperti kita? bisa dihina atau “dihina” HMMMDIA lebih besar dari mereka, mungkin karena ia maha baik kata hina atau “hina” tidak ada padaNYA

O kasihan kalian dari tanah sufi dianggap pemberontak, dan silit dipahami seorang dari tanah sufi menjawab:kami menyembah IA karena cinta bukan sebaliknya sorry bung dalam kasus ini tidak ada tresno jalaran soko kulino

IA yang tidak terlihat dan lebih besar darimu mana bisa dijadikan jalaran soko kulino mu jika tidak kamu munculkan tresno mu padaNYA
dari cinta kami menyembah,
dari cinta kami berkarya,
dari cinta kami prihatin akan kalian
dari cinta semoga kalian mengerti,
dan dalam cinta kami mengharapkan engkau juga masuk kedalam kami ,
orang-orang yang dalam cinta saling mencintai dan CINTA akan abadi walaupun semua bumi dan semua surga tiada

Saya percaya pada agama cinta, ke mana saja ia menuju, dan cinta adalah kepercayaanku dan agamaku [terjemahan bebas : dari ibn arabi]

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Tue Nov 15, 2005 11:33 am

****

::alfathri

Saya juga melontarkan pertanyaan yang sama dengan saudara Gede H.C. kepada sang penulis: apa tujuan dari penulisan novel tersebut? Demikian dan trims.

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Wed Nov 16, 2005 1:38 am

****

::tansa khairina

Wah… wah…. Muhiddin sekali lagi berhasil membuat karyanya dikejar orang-orang yang penasaran. disengaja atau tidak, ini strategi pintar…

menurut saya, miliser pasar buku sudah pada tahu kalau novelis-novelis keblinger kayak Muhiddin ini lebih baik dibiarkan saja makan karmanya sendiri. jadi, sia-sia saja tanya apa maksud si penulis menulis sebuah novel. novel yang damai sejahtera saja mungkin ditulis dengan alasan yang absurd… apalagi kalau alfathri nanya muhiddin soal novelnya yang satu itu.

tapi saya harus mengakui bahwa novel itu jadi dikejar-kejar orang-orang penasaran. thank’s to pengirim somasi. dalam 3 hari terakhir ini, sudah 9 orang teman saya mengaku membeli buku itu, dan mereka merekomendasikan beberapa teman lainnya untuk segera beli, dengan alasan “keburu dibredel, atau penulisnya dibakar massa!” gitu.. katanya. teman saya yang penjual buku di jakarta timur mengaku kewalahan menerima pesanan buku adam hawa itu. lalu kemarin sore saya terima sms antah barantah yang isinya bersedia menerima pesanan buku adam hawa-nya muhiddin m. dahlan. ck..ck…ck
saya yakin, penerbit bunglon yang nerbitin buku itu pasti senang dan tertawa-tawa bahagia.

kalau saya pribadi, lebih senang kalau yang namanya muhiddin ini “diamankan” saja (maaf saya pakai tata bahasanya suharto) tanpa harus banyak ba bi bu… saya sarankan rumah sakit jiwa deh… ayo siapa berani mengamankan muhiddin m. dahlan?
saya bilang pada teman saya yang tertawa-tawa setelah membaca buku itu, bahwa saya akan menganggap muhiddin sama dengan salman rushdie. dia penulis yang menjengkelkan, kesetanan dan dihujat. itu saja. selebihnya saya tidak peduli, sama seperti saya tidak memedulikan salman rushdie.

ok, muhiddin miring dan kesetanan. so what? kebetulan saja dia bikin buku. menurut saya, itu hubungan muhiddin dengan Tuhannya Muhiddin! dan diamenceritakannya. end of story. hubungan sama Tuhan kan lebih privat dari hubungan sama pacar atau kekasih…jadi yaa… biarkan saja!

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Wed Nov 16, 2005 7:29 am

****

::homer

di dua paragraf yang saya kutip dibawah ada yang sedikit mengganggu. di sana di tulis seolah-olah wanita pertama bukan hawa adalah ide murni muhidin padahal dalam mite yahudi ada tokoh lilith yaitu wanita pertama sebelum hawa, yang diceritakan memberontak dan memilih bersama lucifer ketimbang adam.

dalam kitab kejadian (perjanjian lama) diceritakan tentang penciptaan perempuan, dalam beberapa tafsir perempuan itu tidak merujuk pada hawa tapi perempuan lain, lilith dalam mite yahudi.

lilith dan maia tokoh dengan karakter yang sama. jadi sejak kapan adam dan hawa milik mujahidin atau agama-agama tertentu? siapa yang paling tau sih maksud si penulis kitab suci? jangan2 si penulis malah bermaksud bercerita tentang evolusi manusia pertama yang mengenal Tuhan.

homerian bookshop and library
jl. melati wetan no. 3, yogyakarta

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Wed Nov 16, 2005 12:02 pm

****

::muna_panggabean

salah satu nilai cerita paling mahal yang bisa kita temukan pada kisah adam-hawa versi taurat, perjanjian lama, dan quran adalah betapa hebatnya keingintahuan yang ada dalam diri manusia. bahkan tuhan pun terpaksa menakberdayakan dirinya saat harus berhadapan dengan yang satu ini. berbeda dengan kita yang menerima kalam illahi melalui para nabi dan kitab agama, adam dan hawa menerima perintah untuk tidak boleh makan buah terlarang itu langsung dari tuhan, maha_pengatur, maha_kuasa, dan maha_adil. ternyata, kemahaan tuhan tidak mampu mematikan keingintahuan dalam diri adam maupun hawa. mereka berdua memilih memakannya untuk mengalami sendiri akibat atau keadaan yang dihasilkannya.

taurat dan perjanjian lama dimulai dengan dualitas sempurna pada kalimat pembuka: pada mulanya. dan itu selalu akan melahirkan miliaran pertanyaan baru. :pada mulanya: senantiasa menyisakan ruang cerita bagi :pada akhirnya:. sialnya, kita tidak akan pernah mengalami cerita pada bagian akhir tersebut karena upaya parailmuwan untuk memertahankan jagad semesta tentu saja tidak bisa kita anggap sebagai perlawanan abadi terhadap hari_akhir, armagedon, ataupun kiamat. lebih sial lagi, berbagai temuan pada asal mula semesta cenderung mengajak kita untuk menggali lebih dalam pada sebuah keadaan yang bisa jadi sudah ada sebelum :pada_mulanya: itu.

lalu, bagaimana kita dimampukan untuk tahu di bagian manakah kita berada sekarang: awal, tengah, sedikit menuju akhir, atau bagian akhir, jika ternyata kita belum berhasil memetakan pada_mulanya dan pada_akhirnya?

tengoklah kecermatan homer untuk melemparkan sebuah tokoh lilith pada kita yang memang menurut mitologi yahudi diyakini sudah ada sebelum hawa. apakah lilith akan merubuhkan keabsahan pemahaman iman kita yang sudah belasan atau puluhan tahun dibermulakan oleh kisah adam dan hawa? tentu saja tidak.

iman adalah barang rongsokan bagi sejumlah orang, tapi tidak pada seorang gadis kecil dalam film :crash: yang yakin bahwa jubah kekebalan itu melekat padanya dan karenanya dia berlari dalam kepenuhan percaya menyongsong peluru yang ditembakkan oleh seseoranglelaki tua ke tubuh ayahnya. dia melompat ke pelukan sang ayah, senjata menguak keras dalam jarak hanya 1 meter dan karenanya mustahil meleset. apa yang terjadi? peluru itu tak menembus tubuh sang gadis. sang lelaki tua tersentak penuh rasa heran. sang ayahmelolong berkepanjangan. sang gadis berkata: aku dan kamu tidak apa-apa ayah. jubah kekebalan itu melindungi kita.

sang lelaki tua pulang ke rumahnya. pada malam sepi dia menangis sendiri. kepada anak perempuannya yang seorang dokter dia menceritakan kisah tadi: anak perempuan itu adalah malaikat yang dikirim tuhan untuk menyelamatkan aku, mengubah aku dari setan kemarahan yang selalu bergejolak dalam dadaku.

si perempuan terdiam mendengar penuturan ayahnya. dia lalu mengambil senjata itu dan menyimpannya di dapur. si perempuan tahu bahwa senjata tersebut tidak pernah akan meletus karena beberapa hari sebelumnya dia sudah melucuti semua peluru yang ada di dalamnya.

perempuan yang dokter itu dan para penonton film tahu bahwa tidak ada satu keajaiban pun yang sudah terjadi. cuma persilangan garis_waktu dari masing-masing tokoh yang kemudian menghasilkan pemahaman yang berbeda-beda atas sebuah peristiwa. lalu, apakah saya dan para penonton lainnya berkewajiban untuk pergi ke rumah si gadis kecil untuk beri penjelasan utuh atas kejadian sesungguhnya? tidak perlu. jubah kekebalan itu akan tetap melekat pada tubuhnya dan siap melindungi dia dari berbagai peluru atau binatang jahat. jubahkekebalan itu akan menempatkannya kembali bersilang garis_waktu dengan puluhan atau ratusan manusia yang masuk dalam hidupnya kelak.

muhidin pasti telah menemukan keasikannya sendiri dalam kisah taman eden yang berpendaran di benaknya. jika saya membeli bukunya maka salah satu alasan kuat yang mendasarinya adalah karena saya ingin masuk ke semesta penceritaannya. saya tidak akan bertanya kenapa dia menulis buku itu. saya sepenuhnya menerima sebuah pengalaman baru dengan mendengar ceritanya.

jika adam dan hawa saja tak mampu menaklukkan diri kepada perintah langsung dari tuhan untuk tidak makan buah terlarang apatah lagi muhidin yang menerima cerita adam dan hawa dari quran. adam melanggarnya, dan dia diusir dari eden. muhidin lebih memilihmendengar suara lain dalam dirinya dan menuliskannya dalam sebuah buku.

mengusir muhidin dari taman bacaan adalah menjadikan diri kita sebagai tuhan baru, sesembahan hidup yang menuntut ketaklukan mutlak. jika kita percaya pada kisah adam dan hawa yang bukan versi muhidin hendaknyalah kita sadar: bahkan tuhan pun tidak mencegah pemikiran bebas adam dan hawa. aneh, berhadapan dengan kebebasan berpikir manusia, kita melihat bahwa tuhan ternyata tidak berdaya. ataubarangkali, tuhan memang enggan berdaya pada yang satu ini. lalu, kenapa kita berahi terhadapnya?

Sumber: Komunitas Pasar Buku Indonesia Wed Nov 16, 2005 5:56 pm