Sekitar tiga tahun yg lalu gw membaca sebuah buku berjudul: Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan terbit tahun 2003. Waktu itu gw sempat step setelah selesai membacanya. Betapa gak? Buku itu bercerita tentang seorang jilbaber, aktivis salah satu organisasi Islam yang akhirnya memutuskan menjadi pelacur karena kecewa melihat kenyataan yang ada sangat berbeda jauh dg idealismenya…
Buku ini menurut sang penulis adalah kisah nyata yang diperoleh dari ‘curhatan’ salah seorang jilbaber (Nidah Kirani-nama dalam novel) yang akhirnya memutuskan menjadi pelacur.
Dialog2, hujatan, gugatan dan sumpah serapah seorang Nidah Kirani terhadap Tuhan benar2 bikin merinding. Muhidin M. Dahlan adalah seorang penulis yang sangat berani cendrung nekad menurut gw ‘mengobok-obok’ wilayah ketuhanan…
Jujur, waktu itu gw sempat mengalami ‘kebimbangan’ seolah hujatan2 seorang Nidah Kirani itu terlihat ‘ada benarnya juga’. Tapi syukurlah walau gw bukan seorang muslimah yang memahami Islam secara mendalam tapi bagi gw soal akidah dan keyakinan adalah urusan nomor satu.
Makanya ketika, adik2 di kost2an mo minjam buku ini gw wanti2 dulu agar jangan sampai ‘tergelincir’..^^.. Bukan apa-apa sih..tapi menurut gw bisa keblinger juga baca buku ini kalo gak kuat2 iman.
Kenapa gw tiba2 teringat menulis tentang ini, karena dalam blog_walking tadi tanpa sengaja gw terdampar di blognya Muhidin M. Dahlan..Nama blognya Blog Neraka. Ternyata gak hanya buku Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! saja buku seorang Muhidin menuai kontroversi tapi juga bukunya berjudul Kabar Buruk Dari Langit (2004) dan Adam dan Hawa (2005). Bahkan buku Adam dan Hawa dipermasalahkan oleh Majelis Mujahidin Indonesia..
Well, menurut gw simpel aja sih ngapain harus ‘mengobok-obok’ wilayah (Ketuhanan) yang bukan wilayah kita? Memaknai hukum agama dan Al-Quran secara sempit.
Mau menghujat Tuhan? Mau menggugat agama dan semua hukum2 Allah yang dianggap sebagai doktrin? Sepintar dan sehebat apa sih manusia itu sampai sebegitu beraninya?
Kalo ada permintaan kpd Tuhan: Izinkan aku menjadi pelacur, ga tertutup kemungkinan juga kan, Izinkan aku menjadi maling, menjadi pembunuh, menjadi koruptor, menjadi pezina, menjadi pemabuk dll..
So, kalau minta izin dilegalkan segala hal yang ingin dilakukan, mo bertindak se-enak udel.. untuk apa hukum agama, norma2 sosial dsb?
Hidup di Zaman Batu aja kali yee..Ato Zaman Purba gitu, dimana manusia belum tersentuh peradaban?
Ah, ada-ada aja..
NB : Katanya Zaman Reformasi makanya siapapun bebas menulis apa saja yang ingin mereka tulis. So, gw pikir siapapun jg boleh berkomentar semaunya kan?.. dan itulah komentar gw thd buku itu ^^
Posted by: Lia |March 12, 2007
KOMENTAR
Posted by: sonny | March 15, 2007 01:12 AM
ada yg gelisah, bertanya & menemukan..
ada yg gelisah, bertanya & tersesat di rimba tanya. Itu lumrah, tersesat atau menemukan adalah opsi bukan pasti. Dalam konteks ini, Muhidin boleh kan dibilang tersesat 🙂
tapi satu yang pasti ketika dicabut dari jasad, ruh tak pernah tersesat mencapai Tuhan Yang Satu. Tak ada Tuhan yang lain. Ke tuhan yang mana Muhiddin meminta izin ? Hehehe..
Tidakkah kami beri mereka 2 mata, 1 lidah, & sepasang bibir? Dan kami tunjukkan padanya 2 jalan? (Qur’an)
Posted by: Lia | March 15, 2007 02:49 AM
kalo tersesat sendiri seh, biarain aja dia nanggung sendiri, tapi kalo tersesat dan berupaya tuk juga ‘menyesatkan’ orang lain gimana dwonk?!
Ini lain perkara kan?
* Di copy-paste dari Friendster Lia Mustika