Literasi Partai, Mengapa Penting?

Kasus tulisan Dandhy Dwi Laksono momentum betapa pentingnya literasi bagi aktivis partai. Betapa wabah “naiknya minat berkomentar”– kata Zen Rs — mengalami pasang begitu signifikan. Anda bisa bayangkan, kader partai mengeluarkan statemen bahkan belum membaca tulisan yang disorotnya. Nangis Pak Karno, si Bapak Ideologi Tani Indonesia. Nangis ganda si doi; petani, wong cilik, dan keluarga pencari keadilan di Istana Negara enggak diajeni, malah satu-satu para penyuara derita tani dipolisikan.

Bukan cuma kader-kader partai yang mengadukan si jurnalis drone part time keras kepala ini yang perlu masuk kelas literasi, tapi juga kader partai lain yang beberapa hari sebelumnya ditangkap karena jadi otak, astaga, BAKAR SEKOLAH!

Ayo, partai, bikin penerbitan dan toko buku di setiap kantor Pengurus Cabang, yuk!

* * *

Tepat setelah Megawati kembali berkuasa lewat kemenangan PDIP dan terpilihnya Presiden Joko Widodo yang disebutnya sebagai “petugas partai” (sebagaimana Suu Kyi menegaskan kekuasaannya), jumlah penangkapan warga di Papua tembus 1.083 orang, mengalahkan statistik tertinggi di era Presiden SBY (2013) yang berjumlah 548 orang. Bahkan menurut catatan LBH Jakarta dan Tapol, antara April hingga Juni 2016 saja, ada 4.198 warga Papua yang ditangkap di berbagai tempat di Indonesia karena mengekspresikan aspirasi politiknya.
– DANDHY DWI LAKSONO, 3 September

Kami menilai ada upaya penggiringan opini bahwa Megawati sama dengan Aung San Suu Kyi pada konteks lebih mengutamakan kekerasan dalam memerintah … Kami ingin membela dan menjaga marwah ketua umum kami. Dia menyerahkan sepenuhnya perkara ini ke polisi.
– ABDI EDISON, Dewan Pengurus Daerah Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) Jawa Timur, 6 September 2017

Mendukung langkah DPD Repdem Jatim (melaporkan Dhandy Dwi Laksono ke polisi). Belum membaca tulisannya, tapi sudah bisa diduga itu hoax comparative analysis.
– ANDREAS PAREIRA, DPP PDI Perjuangan, 6 September 2017