Apresiasi Sastra ke-12

Apresiasi Sastra yang ke-12 berarti satu dekade dua tahun pergelaran obrolan buku semalam yang diselenggarakan komunitas sastra yang menamakan diri Apresiasi Sastra. Berumah di media sosial–mulanya grup mailing list lalu Facebook–pergelaran sastra ini menjadi satu dari tiga yang terajeg penyelenggaraannya di Yogyakarta.

Dua yang lain adalah Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan Tembi dan Bincang-Bincang Sastra yang dihelat Studio Pertunjukan Sastra (SPS). Keduanya berlangsung setiap purnama dan terselenggarakan selama ratusan kali.

Apresiasi Sastra bisa ajeg karena kelenturannya. Dimulai dari sebuah tempat sederhana di utara, lalu bergerak ke selatan Yogyakarta (Bantul), dan kini kembali lagi ke utara (Sleman). Dari garis edarnya, paling tidak sudah tiga generasi yang tampil sebagai pemantik obrolan buku di atas panggung.

Sigit Susanto dan Faiz Ahsoul tahu betul perpindahan persneling antargenerasi itu. Bahkan, misalnya, pada Apsas ke-11, Sigit Susanto yang menjadi jangkar utama pergelaran Apsas ini tak banyak mengenal lebih dekat para pembicara di panggung dan hadirin yang datang di mana sebagian besar berusia belia.

Di Sleman, tepatnya Warung Mojok (Warmo), Apresiasi Sastra berlangsung. Sepuluh buku sastra yang datang dari lima jenis diletakkan di atas panggung untuk didiskusikan diobrolkan. Penyelenggaraannya bersamaan dengan dua waktu: malam Ramadan dan #PSS Sleman sedang berlaga dengan Semen Padang di Maguwoharjo International Stadium.

Bagi yang mencintai ibadah Ramadan, sastra Indonesia, dan sekaligus sepak bola lokal, boleh mereguk ketiga-tiganya. Caranya: datanglah ke Apsas setelah laga #PSS Sleman usai. Insya Allah, tetap bisa menikmati Apsas. Sebab, Apsas butuh waktu yang panjang dan berganti hari untuk bisa tuntas mengunyah ke-10 buku itu. Artinya, bisa tembus waktu sahur.***